Lihatlah dirinya yang gagah
Berdasi dan berbalut busana rapi
Datang dengan mobil nan mewah
Langkahnya tegap tegas dan berani
Mataku tak sempurna memandangnya
Tapi telingaku masih mengenalnya
Dua tahun aku terpisah darinya
Dijenguk anak ku
Seperti saat fajar menyambut
Bunga merekah diatas bukit nan indah
Dan layaknya sampan yang kembali ke dermaga kecilnya
Kini aku telah rapuh,
Masa juangku telah penuh
Ketika dulu tak henti memeras peluh
Bermodal gerobak tua
aku jual bubur di sudut kota
sempat dulu asa ini hilang
ketika barisan rapi orang datang menggusur
dan gerobak tuaku hancur
anak ku sayang
aku tak pernah mengharapkanmu ada sebelumnya
tapi bapak mu dulu, menodaiku saat aku belia
dan saat kamu masih balita, dia pergi entah kemana
tapi, melihatmu tumbuh, adalah hal terindah dalam masaku
betapa aku bahagia memilikimu
hal terberat bagi ibu, adalah ketika merelakanmu pergi
saat usiamu remaja, kau pilih merantau, mengubah nasib
ke negeri seberang mencari uang
dan hembusan angin membuyarkan lamunanku
kini dirimu berlimpahkan harta,
tapi kenapa kau lupakan ibu?
BODOH !
aku tak butuh hartamu!!
Aku tak butuh hartamu yang kau kirimkan tiap bulan lewat orang suruhanmu
aku butuh hadirmu nak, sekedar menjenguk ku
bahkan, aku ingin terus bersamamu nak
bukan terdiam sendiri di panti jompo ini
ibu jenuh disini nak
bersahabat dengan dinding kamar
lelah menghitung detik berlalu
menunggumu
dan ibu ingin suapan nasi darimu
bukan dari perawat berbedak tebal itu
rasa marah menyelinap mengikuti pertemuan ini
mengapa kau tempatkan ibu disini
tapi aku sadar
aku kini renta
lumpuh tak berdaya
dan ketika langkahmu semakin dekat
air mata tak kuasa bertahan di kelopak mataku
aku terisak dalam batin terharu melihat rupa mu
inilah anak ku?
Anak ku sayang, bawa ibu pulang.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H