Mohon tunggu...
Arief Bakhtiar D.
Arief Bakhtiar D. Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Twitter: @AriefBakhtiarD │ Instagram: @AriefBakhtiarD │ Goodreads: AriefBakhtiarD

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Orang-orang Gagah

27 Desember 2015   15:08 Diperbarui: 27 Desember 2015   15:08 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua pengalaman itu membuat saya berpikir ulang tentang kegagahan di luar militer: pada orang-orang yang terlatih berkuda di berbagai medan dan para pelaut yang ingin tahu ke mana angin bertiup. Sebabnya simpel: cukup sulit untuk mahir mengendalikan kuda dan mengerti ke mana angin bertiup.

Tapi toh pekerjaan yang menawarkan keberanian dan kegagahan itu tidak membuat mereka serta merta jadi kaya. Joki kuda itu, misalnya, seorang musafir yang hidupnya masih sederhana. Ia bercerita bagaimana hidupnya dulu di Yogyakarta tak menyenangkan, sering berhutang, dan minim makan enak—dan sekarang lebih mending. Para pelaut itu setali tiga uang.

Di dua tempat cerita saya itu tak ada bilbor. Tak ada papan iklan besar. Tak ada bising kota. Hidup-hidup orang gagah itu hanya berkisar pertanyaan: besok kami bisa makan apa, lusa kami bisa berhutang siapa. Dalam pikiran mereka hidup adalah tiga kata sederhana: jual, beli, cemas. Jarak-jarak antar kata itu tipis: mungkin satu senti atau satu mili.

 

[1] Terinspirasi oleh puisi Origami karangan Surachman. Dalam Surachman, Seribu Kekupu (Bandung: PT Kiblat Buku Utama, 2012), hal. 59.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun