Dengan pemahaman yang mendalam tentang tantangan yang dihadapi perempuan di desa-desa dalam pendidikan, Najela memprakarsai pendirian Sekolah.mu. Platform ini dibangun dengan visi untuk mengatasi ketidaksetaraan pendidikan melalui penggunaan teknologi, menghubungkan guru-guru berbakat dan siswa dari seluruh Indonesia, terlepas dari letak lokasi geografis mereka.
Sekolah.mu tidak hanya sebuah platform yang menawarkan kursus online, tetapi juga revolusi dalam pendekatan pembelajaran yang inklusif. Dengan menggunakan teknologi digital, platform ini memfasilitasi kelas virtual yang interaktif, memberikan peluang bagi perempuan di desa-desa untuk mendapatkan pendidikan yang sama kualitasnya dengan yang diterima oleh siswa di kota besar. Materi yang diajarkan tidak hanya mencakup kurikulum akademik yang komprehensif tetapi juga pelajaran tentang keterampilan praktis dan kepemimpinan, yang sangat penting untuk pemberdayaan perempuan.
Najela sering kali terlibat secara langsung dalam pengembangan program-program ini, memastikan bahwa konten yang disajikan tidak hanya relevan tetapi juga memotivasi. Dia mengundang para profesional dari berbagai bidang untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman melalui webinar dan workshop, memperkaya pengalaman belajar para siswi dengan perspektif dunia nyata. Ini bukan hanya tentang menyediakan akses ke informasi, tetapi juga tentang membangun jaringan pendukung yang dapat menginspirasi perempuan muda untuk mengambil langkah lebih besar dalam kehidupan mereka.
Dalam perjalanannya, Najela telah melihat dampak nyata dari inisiatifnya. Kisah-kisah transformasi perempuan yang sebelumnya tidak memiliki harapan untuk melanjutkan pendidikan kini mampu berkompetisi di pasar kerja, memulai bisnis sendiri, atau bahkan kembali ke komunitas mereka sebagai pendidik. Momen-momen seperti itu memperkuat keyakinan Najela bahwa perubahan melalui pendidikan bukan hanya mungkin tetapi sedang terjadi.
Tokoh lainnya yang menginispirasi adalah Annisa Hasanah yang mengambil pendekatan lebih langsung dalam menghadapi tantangan pendidikan perempuan di desa-desa. Melalui organisasi nirlaba yang didirikannya, Annisa mengambil langkah nyata untuk mendekatkan perempuan-perempuan di desa-desa dengan dunia luar yang penuh peluang. Tidak puas dengan hanya mendirikan sekolah, ia memastikan bahwa lembaga pendidikan yang dia bangun benar-benar memenuhi kebutuhan spesifik dari komunitas lokal.
Dengan fokus yang kuat pada pendidikan dasar dan keterampilan hidup, sekolah komunitas yang dibangun oleh Annisa dirancang untuk mengajarkan lebih dari sekadar membaca dan menulis. Kurikulumnya mencakup pelajaran tentang kewirausahaan, teknologi informasi, serta keterampilan pertanian dan perikanan yang disesuaikan dengan sumber daya dan kebutuhan lokal. Ini memungkinkan perempuan di desa tersebut tidak hanya menjadi lulusan yang terdidik tetapi juga wirausahawan dan inovator dalam komunitas mereka sendiri.
Annisa juga memahami pentingnya pemberdayaan melalui teknologi. Ia berinisiatif untuk memperkenalkan dan mengajarkan penggunaan teknologi digital sebagai alat untuk mendukung bisnis dan pendidikan. Melalui workshop dan pelatihan, perempuan muda diajarkan cara memanfaatkan internet untuk pemasaran produk, penelitian, dan pengembangan diri. Annisa berkeyakinan bahwa penguasaan teknologi akan membuka jendela-jendela baru bagi perempuan untuk terhubung dengan ekonomi global, memberi mereka akses ke pasar yang lebih luas dan pengetahuan yang lebih dalam.
Di samping itu, program mentoring dan pembinaan yang intensif menjadi bagian integral dari inisiatif Annisa. Dia dan timnya secara reguler mengadakan sesi mentoring, di mana para perempuan muda dapat belajar langsung dari pengusaha sukses, pendidik, dan profesional lainnya. Program-program ini tidak hanya memberikan ilmu tetapi juga membangun kepercayaan diri dan jaringan pendukung yang kuat, yang sering kali diperlukan untuk melawan norma-norma sosial yang mengekang.
Dampak dari kerja Annisa tidak terbatas pada individu saja tetapi juga pada komunitas secara keseluruhan. Dengan meningkatnya keterampilan dan pendidikan, perempuan di desa-desa tersebut mulai mengambil peran lebih aktif dalam pengambilan keputusan komunal. Mereka menjadi lebih vokal dan terlibat dalam isu-isu yang mempengaruhi kehidupan mereka, seperti kebijakan lokal dan pengelolaan sumber daya alam. Ini secara bertahap mengubah struktur sosial tradisional, memperluas pengaruh perempuan dalam bidang-bidang yang sebelumnya dianggap tabu.
Kedua tokoh ini, meskipun bekerja secara independen, sering kali ditemukan dalam forum dan inisiatif bersama yang menargetkan peningkatan status perempuan di Indonesia. Baik Najela maupun Annisa memahami bahwa kolaborasi dan dukungan bersama antara berbagai inisiatif bisa mempercepat proses perubahan sosial yang diinginkan. Mereka sering berkolaborasi dalam program pelatihan guru, pengembangan kurikulum, dan kampanye kesadaran nasional yang menyoroti pentingnya pendidikan perempuan.
Dalam setiap usaha mereka, Najela Shihab dan Annisa Hasanah menggambarkan bagaimana pendidikan dapat menjadi alat yang ampuh untuk pemberdayaan perempuan. Dengan memanfaatkan teknologi dan menguatkan pendidikan berbasis komunitas, mereka membuka jalan bagi generasi perempuan yang lebih mandiri dan berdaya. Mereka adalah Kartini masa kini, yang dengan berani membongkar penghalang dan membangun jembatan, membuktikan bahwa pendidikan perempuan adalah kunci untuk masa depan yang lebih cerah dan egaliter.