Konon, ada sebuah negeri yang rajanya amat gemar mengenakan sarung. Apa pun momennya, sarung menjadi setelan wajib yang harus selalu ia kenakan dalam berbagai kesempatan.
Kebiasaan ini mulanya memang sempat menuai kontroversi. Pasalnya tidak ada seorang raja pun dalam sejarah negeri tersebut yang sebegitu tinggi cintanya terhadap sarung. Beruntung hukum yang berlaku memang memperbolehkan sang Raja memakai pakaian jenis apa pun selama sopan dan nyaman dalam mengemban tugas-tugas kerajaan.
Apalagi sang Raja kerap memakai sarung dengan motif-motif yang kekinian. Memadukan motif berunsur teknologi dengan budaya lama kerajaan yang sarat akan lukisan pemandangan alam. Membuat rakyatnya perlahan bukan hanya mengidolakan sang Raja, tetapi juga mengidolakan sarung-sarung yang dikenakan oleh raja tersebut.
Suatu hari, Raja berkunjung ke suatu daerah untuk menyapa dan mendengarkan aspirasi rakyatnya dalam rangkaian agenda Buka Puasa Bersama. Uniknya, dalam kesempatan tersebut sang Raja mengadakan sayembara berhadiah sarung miliknya sendiri kepada siapa pun yang mampu menyampaikan kritik kepadanya dengan cara paling halus.
Sontak orang-orang yang kebetulan sedang mengikuti perhelatan tersebut mendaftarkan dirinya agar bisa mendapatkan sarung milik Raja yang mereka idam-idamkan. Tak terkecuali dengan Rana, anak muda berusia 22 tahun yang baru saja lulus dari bangku kuliahnya.
Sayembara pun berlangsung dan ternyata Rana keluar sebagai pemenangnya. Nama Rana dipanggil untuk naik ke atas panggung untuk menerima hadiah sarung dari Raja.
Namun dalam perjalanan menuju ke atas panggung Rana justru merasakan hawa-hawa yang aneh. Ia merasa orang-orang disekelilingnya melihatnya dengan tatapan yang penuh rasa iri. Seakan mereka tidak terima kalau Rana adalah yang terpilih untuk mendapatkan sarung milik raja tersebut.
Tanpa sadar, tatapan penuh dengki itu justru memberikan ide baru di kepala Rana. Karenanya, setelah mendapatkan sarung dan berfoto bersama sang Raja, Rana meminta izin kepada Raja untuk berbicara di depan rakyat-rakyatnya.
"Tuan dan puan yang saya hormati, sungguh ini merupakan kebanggan bagi saya ketika bisa dihadiahkan sarung milik pemimpin tertinggi di negeri ini. Meskipun begitu, saya merasa belum pantas untuk mendapatkan hadiah sebesar ini. Karenanya, saya ingin melelang sarung ini saat ini juga di tempat ini. Siapa pun yang mampu memberikan harga tertinggi berhak membawa pulang sarung milik Raja yang ada di tangan saya ini."
Raja pun terbelalak kaget mendengar ucapan dari rakyatnya yang satu itu. Namun kekagetan itu tak ada apa-apanya ketika ia melihat rakyat-rakyatnya mengangkat tangan tinggi-tinggi untuk menawar sarung yang baru saja ia berikan sebagai hadiah itu.