Mohon tunggu...
Muhammad Arief Ardiansyah
Muhammad Arief Ardiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Business Analyst

Pencerita data dan penggiat komoditi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan Ini Kami Tidak Bisa Melayat Gara-gara Pandemi

5 Mei 2020   22:28 Diperbarui: 5 Mei 2020   22:37 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadan empat tahun terakhir selalu saya habiskan bersama teman-teman seperkuliahan. Mulai dari mengikuti Ospek bersama, menjadi panitia Ospek bersama, hingga mengerjakan penelitian di laboratorium sampai lewat waktu berbuka.

Ada kebahagiaan tersendiri ketika bisa membunuh waktu bersama mereka yang juga merantau. Posisi yang jauh dari keluarga itu nyatanya membuat kami harus saling mengetahui kabar satu sama lain secara rutin. Satu orang saja terdeteksi sakit, pasti akan beramai-ramai dijenguk sampai kesehatannya pulih kembali. Betul-betul suasana keakraban yang nyata dan hangat.

Tepat di bulan Ramadan setahun yang lalu, ayah dari salah seorang kawan kami dipanggil oleh Sang Ilahi. Beruntung karena domisilinya masih di area Bandung, kami bisa bergegas melayat untuk memberi dukungan moril secara langsung.

Padahal kala itu kami sedang sibuk-sibuknya berjibaku di laboratorium masing-masing. Mengejar penelitian yang datanya ditarget harus selesai diambil sebelum Idul Fitri. Jadilah kami melayat silih berganti bagaikan para pekerja pabrik yang menganut sistem shift.

Aura solidaritas itu dulu nampak terasa biasa saja. Namun kini, ketika sudah lulus, rasanya begitu berbeda. Ada kenangan hangat yang jelas masih terasa dari siang dan malam Ramadan yang dihabiskan bersama.

Momen-momen seperti mencari takjil bersama dan saling membangunkan sahur lewat telepon kini tak lagi dapat dilakukan. Pandemi yang sedang terjadi memaksa kami kembali ke rumah masing-masing. Berkumpul dengan keluarga, yang selama empat tahun belakangan kehilangan hak dari putra-putrinya akibat kesibukan kuliah.

Tetapi siapa sangka kalau peristiwa Ramadan setahun yang lalu itu benar-benar terjadi pada Ramadan kali ini. Judulnya persis. Hanya subjeknya yang berbeda. Ayah dari teman kami yang lain ikut dipanggil menghadap Sang Ilahi pada bulan yang suci ini.

Inilah momen tersulit pada Ramadan kali ini. Bahwa ketika ada teman kami yang sedang ditimpa musibah, kami tidak bisa membersamainya secara langsung untuk memberikan dukungan moril dari jarak dekat. Apalagi kalau musibahnya adalah kehilangan sosok seorang ayah.

Dukungan moral pada akhirnya memang tetap kami berikan. Namun deretan kalimat di WhatsApp dan suara di ujung telepon rasanya memang tidak akan bisa menggantikan kehadiran secara langsung di sisi mereka yang sedang berduka.

Karenanya, mari gunakan momen Ramadan ini untuk kembali menanyakan kabar dari teman-teman dan orang-orang terdekat yang selama ini membersamai kita. Bisa jadi mereka sedang menghadapi musibah yang berat atau terdampak hebat dari pandemi Covid-19. Toh tidak ada salahnya membantu sedikit dari segi moril jika belum mampu membantu dari segi materiil.

Selamat menanyakan kabar!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun