Sense kita terhadap waktu juga semakin melebur. Ketika masih kerja di kantor dulu, membedakan waktu pagi, siang, dan sore amatlah mudah. Akan tetapi selama di rumah, waktu-waktu itu seakan menyatu. Tak ada lagi batas yang jelas antara pagi ke siang, siang ke sore, juga sore ke malam.
Akibat dari timbulnya masalah ini adalah turunnya produktivitas para pegawai. Kemudian dapat berbuntut pada tidak tercapainya target yang telah ditetapkan oleh perusahaan, sehingga berpeluang mendapati hambatan besar dalam suatu proyek atau bahkan kegagalan.
Lantas bagaimana cara agar kita bisa WFH dengan tenang tanpa perlu mengalami burnout?
Kembali ke Anita, yang ia lakukan adalah menghubungi para rekan kerjanya namun tidak membahas masalah pekerjaan. Cukup menanyakan kabar pribadi, keluarga, atau kabar apa saja. Dengan ini, Anita bisa merasa bahwa ia tidak sendiri dalam berjibaku menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan ini.
Sesederhana menanyakan menu sahur dan berbuka hari ini. Atau mendengarkan cerita tentang letihnya mengurus rumah sambil bekerja. Agaknya juga bisa menjadi pembangkit semangat sekaligus pelepas penat.
Apalagi silaturahim memiliki nilai pahala tersendiri selama bulan Ramadan ini. Sekali mengayuh, dua tiga pulau terlampaui. Relaksasi dari pekerjaan bisa didapat, pahala pun akan turut mengikuti.
Jadi, jangan gunakan aplikasi-aplikasi seperti Zoom dan Google Meet itu untuk membahas rapat penting saja. Gunakan juga ia untuk sekedar bertukar kabar dan saling bercerita mengenai kondisi masing-masing. Kelak, interaksi-interaksi sederhana semacam inilah yang dapat membuat kita tetap sehat dan terhindar dari burnout selama WFH.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H