Mohon tunggu...
Muhammad Arief Ardiansyah
Muhammad Arief Ardiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Business Analyst

Pencerita data dan penggiat komoditi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Serambi Teknokrat Muda di Masjid Salman ITB

30 April 2020   23:25 Diperbarui: 30 April 2020   23:59 1840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana koridor Masjid Salman ITB di pagi hari (Salman ITB).

Para mahasiswa itu biasa mampir ke masjid Salman di sela-sela waktu kosong perkuliahan untuk sekedar beristirahat atau bertemu kawan. Apalagi tersedia pula kantin Salman yang menjajakan bermacam menu makanan sehat dengan harga murah. Sangat bersahabat dengan kantong kebanyakan mahasiswa.

Lewat waktu maghrib hingga masuk waktu Isya', adalah waktu favorit bagi para mahasiswa untuk singgah di serambi masjid ini. Tak sedikit juga yang mulai membentuk lingkar-lingkar untuk mengaji. Lantunan ayat suci Al-Qur'an pun akan terdengar seperti dengungan nyamuk yang saling bersahutan tanpa henti.

Setelah sholat Isya', umumnya serambi masjid Salman akan menyepi. Maklum saja, kebanyakan mahasiswa sudah bergerak kembali ke tempatnya masing-masing. Ada yang pulang ke kosan, ada pula yang kembali ke kampus untuk berkegiatan kemahasiswaan.

Kampus ITB sendiri ditutup pada jam 11 malam. Para satpam akan bergerak menyisir kampus untuk mengakhiri segala bentuk kegiatan yang masih berlangsung. Tetapi nyatanya tidak semua kegiatan bisa selesai tepat jam 11. Apalagi kalau kegiatannya adalah rapat-rapat penting yang tidak bisa tertunda lagi.

Lantas dimanakah mereka melanjutkan kegiatan tersebut di atas jam 11 malam?

Lagi-lagi jawabannya adalah di Masjid Salman. Serambi ini akan kembali terisi oleh para aktivis mahasiswa yang masih asyik dengan rapat-rapatnya. Tak sedikit pula dari mereka yang memutuskan untuk menginap demi alasan keamanan di malam hari.

Pihak masjid jelas mengetahui hal ini. Karenanya, disediakanlah matras-matras dan minuman seperti teh manis dan kopi manis untuk menemani mereka yang hendak menghabiskan malam di rumah Allah ini. Beberapa titik hotspot juga tersedia 24 jam kalau-kalau ada mahasiswa yang membutuhkan.

Barangkali dahulu B.J. Habibie, Ridwan Kamil, Aburizal Bakrie, Hatta Rajasa, Rizal Ramli, dan para tokoh bangsa lainnya memang dibentuk dengan cara seperti ini. Suasana masjid yang syahdu dengan ragam fasilitas yang tersedia 24 jam membuat intelegensia mereka berkembang. Lalu lahirlah pikiran-pikiran cemerlang untuk mencipta karya bagi Indonesia.

Belum lama ini pun Masjid Salman menjadi tempat dibuatnya Vent-I, ventilator karya anak bangsa yang dapat digunakan untuk membantu pasien virus corona. Proyek ini bahkan dipimpin langsung oleh Ir. Syarif Hidayat, MT, Ph.D, dosen STEI ITB yang juga menjadi salah satu anggota Dewan Pembina Masjid Salman ITB.

Dr. Syarif Hidayat, atau lebih akrab disapa Mas Syarif, dengan Vent-I di Masjid Salman ITB. (STEI ITB).
Dr. Syarif Hidayat, atau lebih akrab disapa Mas Syarif, dengan Vent-I di Masjid Salman ITB. (STEI ITB).

Masjid Salman ITB telah mengajarkan hal berharga kepada kita. Bahwa sejatinya, masjid bukan sekedar tempat menjalankan ibadah ritual semata. Lebih daripada itu, ia dapat menjadi pusat pembentukan teknokrat muda yang kelak berguna bagi agama, bangsa, dan negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun