Mohon tunggu...
Muhammad Arief Ardiansyah
Muhammad Arief Ardiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Business Analyst

Pencerita data dan penggiat komoditi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Saya Malu Membuat Harapan di Bulan Ramadan Tahun Ini

27 April 2020   22:37 Diperbarui: 27 April 2020   22:56 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lentera: ilustrasi harapan di bulan Ramadan (Pexels/Burak K).

Saya bersama teman-teman seperjuangan berswafoto di depan laboratorium (Dokpri).
Saya bersama teman-teman seperjuangan berswafoto di depan laboratorium (Dokpri).

Bukannya saya tidak mau mengerjakan penelitian di pagi hari. Hanya saja, waktu pagi itu alat-alat laboratorium silih berganti digunakan oleh mahasiswa lain yang sedang menyelenggarakan praktikum. Beruntung dosen pembimbing saya memberi izin bekerja malam dengan tetap memperhatikan ketentuan yang berlaku.

Memasuki sepuluh hari terakhir, satu persatu kawan seperjuangan sudah mulai meninggalkan laboratorium. Penelitian mereka umumnya sudah selesai atau sampelnya sudah dapat disimpan untuk dianalisis setelah lebaran.

Ruang kerja saya pun menyepi. Hanya tersisa satu dua orang yang silih berganti menemani waktu pagi dan sore hari. Tidak ada lagi yang bekerja sambil menginap karena orang-orang memang sudah pulang. Para mahasiswa dan dosen sudah kembali ke kampungnya masing-masing.

Akhirnya, penelitian itu tepat saya selesaikan dua hari sebelum Ramadan berakhir. Gerbang kampus saat itu sudah dikunci rapat. Untuk memasukinya saja, saya harus memakai tanda pengenal khusus yang diberikan oleh petugas keamanan.

Tetapi lagi-lagi Allah mengabulkan harapan saya. Bahkan Allah juga menghadiahkan saya waktu satu kali bersantap sahur dan berbuka bersama keluarga. Padahal tak sedikit kawan saya yang harus berlebaran di kampus demi menyelesaikan penelitian.

Tahun ini, Ramadan kembali menyapa. Namun entah mengapa, kini rasanya amat sulit bagi saya untuk bisa melemparkan harapan pribadi lagi kepada Yang Maha Kuasa.

Jika ditanya tentang kebutuhan, sejujurnya saat ini saya memang butuh pekerjaan. Sudah cukup rasanya menganggur selama 6 bulan tanpa terikat dengan satu pun perusahaan.

Dua seleksi terakhir bahkan sudah menempatkan saya di tahap terakhir. Namun pemberlakuan PSBB akibat pandemi COVID-19 membuat dua perusahaan ini terpaksa memilih untuk menangguhkan.

Saya betul-betul paham, kalau ada kebutuhan pribadi yang harus diharapkan. Tetapi kondisi yang sedang terjadi membuat saya malu untuk memanjatkan harapan tersebut.

Meski tak kunjung mendapat pekerjaan, nyatanya nasib saya masih jauh lebih beruntung daripada mereka yang terkena imbas PHK dari berhenti sementaranya operasi perusahaan. Saya juga masih jauh lebih beruntung ketimbang rekan-rekan saya yang tak bisa diwisuda dengan sebagaimana mestinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun