Mohon tunggu...
Muhammad Arief Ardiansyah
Muhammad Arief Ardiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Business Analyst

Pencerita data dan penggiat komoditi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Salah Kaprah Polisi tentang APD, Menyayat Hati Para Frontliner

28 Maret 2020   16:30 Diperbarui: 28 Maret 2020   16:36 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini (28/3), akun Twitter Traffic Management Center (TMC) Polda Metro Jaya mengunggah foto barisan polisi yang tengah mengenakan Alat Pelindung Diri (APD). Dalam cuitannya, disebutkan bahwa APD tersebut hendak digunakan dalam penanganan kecelakaan lalu lintas untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19.

Tentu saja polisi sah-sah saja mengenakan APD. Pasalnya APD memang bukan hanya perlu dikenakan oleh para dokter dan tenaga medis.

Para pekerja di sektor farmasi misalnya, harus selalu mengenakan APD setiap kali memasuki area produksi. Para peneliti yang bekerja di dalam Biosafety Cabinet Level 2 ke atas juga perlu mengenakan APD lengkap sebagai standar keselamatan.

Karenanya, sungguh sah-sah saja apabila APD tersebut juga ikut dikenakan oleh para polisi.

Masalahnya belakangan ini memang stok APD di berbagai tempat kian menipis. Lonjakan pasien positif COVID-19 membuat kebutuhan APD bagi para dokter dan perawat di garis terdepan (frontliner) kian meninggi. Kabar kekurangan APD ini pun berseliweran di lini masa media sosial.

Salah satu teman saya yang bernama Mutia misalnya, dua hari lalu menanyakan tempat pembelian APD di daerah sekitar Kramat Jati, Jakarta Timur. Mutia bersama rekan-rekannya menjadi bagian dari tenaga medis yang ditempatkan di RS Polri Jakarta Timur.

Menurut Mutia, stok APD di berbagai tempat sudah habis. Bahkan salah satu pusat perlengkapan medis di Cililitan yang terkenal lengkap sudah tidak lagi memiliki barang yang satu ini.

Kita pun mendengar beberapa dokter dan perawat di daerah terpaksa membuat APD dari bahan seadanya seperti jas hujan. Hal ini tentu sangat miris mengingat APD darurat tersebut jauh dari standar keselamatan dan sangat berisiko membuat pemakainya ikut terinfeksi oleh virus dan bakteri.

Sebagai tambahan, APD yang standar digunakan untuk penanganan pasien COVID-19 itu sesungguhnya hanya dapat digunakan 12 jam sekali pakai. Pemakaiannya tidak boleh berulang-ulang tanpa diselingi sterilisasi karena sudah dipenuhi oleh paparan virus dan bakteri.

Karenanya, amat wajar apabila stok APD di berbagai daerah kian menipis hingga habis. Karena itu pula, foto jajaran Polantas yang mengenakan APD itu sangat menyayat hati para frontliner.

Pejabat Kepolisian harus mau mengerti, kalau menghadapi pasien COVID-19 setiap hari itu layaknya pertarungan hidup dan mati bagi para frontliner. Bukan hanya mereka harus berjuang keras menyembuhkan pasien, tetapi mereka juga perlu berjuang sekuat tenaga agar esok hari bukan giliran mereka yang menjadi pasien.

Mohonkanlah maaf kepada para dokter, perawat, dan tenaga medis di sana. Alokasikan APD yang sudah dan hendak dibeli untuk dikenakan oleh mereka secara langsung. Jadilah polisi yang memberikan teladan bagi masyarakat di masa yang sulit ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun