Mohon tunggu...
Muhammad Arief Ardiansyah
Muhammad Arief Ardiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Business Analyst

Pencerita data dan penggiat komoditi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mengapa Virus Corona Bisa Sulit Menyebar di Indonesia?

27 Januari 2020   00:04 Diperbarui: 28 Januari 2020   12:02 37311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para penumpang kereta di Hongkong memakai masker demi mengantisipasi penularan virus Corona tipe baru. Sumber: Dale De La Rey/AFP/Getty Images via Vox

Kemunculan virus Corona baru (n-CoV) di Cina memang menggemparkan dunia. Apalagi kabar terkini menunjukkan bahwa 16 negara telah mengonfirmasi adanya temuan kasus infeksi virus tersebut di wilayahnya masing-masing.

Di Indonesia sendiri, beberapa orang juga sudah diduga mengidap virus Corona. Seperti di Jakarta, Bali, dan Jambi. Akan tetapi belum ada satu pun dari mereka yang divonis tengah mengidap virus tersebut. Kebanyakan hanya menunjukkan gejala demam tinggi yang tidak berhubungan dengan n-CoV.

Hal inilah yang membuat Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto sampai harus memberikan klarifikasi tegas kepada wartawan saat ditemui di Makasar (26/1). Menteri Terawan juga menjamin kesiapan armadanya dalam memantau kedatangan penumpang di pelabuhan dan bandara penting Indonesia.

Optimisme Sang Menteri tentu bukan tanpa alasan. Pasalnya, meskipun virus Corona sudah menjadi trending di mana-mana, WHO belum juga memberikan status "emergency in the world". Status yang WHO berikan masih "emergency in China" yang mana hanya berlaku bagi Cina dan negara-negara terdekat di sekitarnya.

Di antara alasan WHO belum meningkatkan status kewaspadaan virus Corona baru ini ialah faktor kelompok rentan.

Para penderita virus Corona di Cina umumnya berasal dari kelompok umur tua (berusia 40 tahun ke atas) dan kelompok dengan umur yang sangat muda (anak-anak). Kedua kelompok ini memang rentan akan berbagai macam virus karena tidak memiliki sistem imun yang optimal.

Pada kelompok umur tua, imunitas melemah karena secara umum juga telah terdapat penyakit lain. Misalnya seperti diabetes, hipertensi, atau penyakit hati. Sementara pada kelompok umur yang sangat muda, sistem kekebalan tubuhnya memang belum terlatih, sehingga amat rawan terinfeksi virus.

Statistik juga menunjukkan bahwa virus Corona yang baru di Cina tidak semenakutkan virus yang sudah-sudah seperti Ebola dan SARS. Sebagai gambaran, laju kematian virus Ebola dan SARS pada fase outbreak berturut-turut sebesar 50% dan 10%. Adapun untuk virus Corona Cina, pada fase yang sama hari ini, 'hanya' memiliki laju kematian sebesar 2%.

Penyebaran virus Corona tipe baru ini juga belum diketahui secara pasti. Beberapa tersangkanya seperti seafood, kontak dengan penderita, bersin dan batuk belum dapat divonis secara pasti. Yang pasti, seluruh pengidap virus Corona Cina dipastikan pernah memiliki kontak dengan daerah Wuhan di Cina dalam beberapa waktu terakhir.

Karenanya, jalan tercepat bagi virus Corona Cina untuk sampai di Indonesia ialah apabila kelompok rentan yang disebutkan di atas belum lama ini berkunjung ke Wuhan dan sudah kembali ke Tanah Air. Hanya saja, penjagaan jalur ini benar-benar sudah diperketat oleh Menkes Terawan bersama jajaran.

Perbedaan iklim yang cukup kontras antara Wuhan dengan Indonesia juga dapat menghambat pertumbuhan virus Corona Cina. Wuhan saat ini sedang tak bisa melihat matahari karena ditutupi salju, sementara di Indonesia kita masih bisa menjumpai matahari setiap hari.

Hujan lebat dan cuaca ekstrem memang sedang terjadi di sini, tapi nampaknya rakyat pun sudah bisa beradaptasi dengan cukup pintar.

Maka dari itu, akan cukup sulit bagi virus Corona Cina untuk dapat menyebar di Indonesia hari ini. Hanya kasus yang benar-benar unik dan spesifik yang bisa membuat virus Corona menyebar luas di Indonesia.

Lantas mengapa seluruh pemberitaan menggambarkan kalau virus Corona Cina ini begitu menakutkan?

Jawabannya karena ini adalah tipe virus yang baru. Kita belum memiliki data terkait sumber pastinya, perilakunya, hingga dampak langsung yang bisa ia timbulkan kepada tubuh kita. 

Data yang baru kita miliki sekarang adalah dugaan kuat bahwa virus n-CoV bisa meningkatkan faktor risiko penyakit yang sudah diderita oleh si pengidap seperti kanker hati dan pneumonia.

Virus Corona tipe baru ini tentu juga belum ditemukan vaksinnya. Sebagai gambaran, dalam kasus SARS dulu, setidaknya dibutuhkan waktu hingga 20 bulan untuk bisa menghasilkan vaksin yang siap diuji secara klinis. 

Adapun untuk virus n-CoV, tentu kita dapat berharap waktu yang lebih singkat mengingat telah terjadinya kemajuan pesat di bidang ilmu kedokteran dan farmasi hari ini. Namun bukan berarti vaksinnya bisa segera kita dapatkan dalam hitungan hari.

Pada akhirnya, menyepelekan virus memang bukan sesuatu yang patut kita lakukan. Apalagi virusnya sekelas n-CoV yang sudah merenggut puluhan nyawa di Cina. 

Namun diskursus yang hadir hari ini semestinya dapat membawa kita kepada pertanyaan yang lebih mendasar terkait fenomena virus Corona Cina. Misalnya seperti, "Bagaimana kesiapan riset vaksin dalam negeri jika harus menghadapi ancaman seperti virus Corona Cina di dalam negeri?"

Mungkin Anda memiliki jawabannya? Silakan tuliskan pendapat Anda di kolom komentar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun