Mohon tunggu...
Muhammad Arief Ardiansyah
Muhammad Arief Ardiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Business Analyst

Pencerita data dan penggiat komoditi.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Mau Masuk Surga, Kok Direncanakan?

24 Desember 2019   22:44 Diperbarui: 24 Desember 2019   23:23 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis bisa menjadi sumber pendapatan tambahan lho! Modalnya giat dan pantan menyerah tentunya.

"By failing to prepare, you are preparing to fail"

Sebuah kutipan yang begitu legendaris. Sebagian besar percaya kalau kutipan ini milik Benjamin Franklin. Tetapi sebagian lainnya sampai mau repot menyodorkan beragam bukti demi membantah argumen tersebut.

Entah siapa yang benar. Yang jelas, siapa pun yang terbukti benar itu tetap tidak akan lebih penting jika gagal menyerap makna penting dibalik kutipan sederhana itu.

Semua hal memang butuh perencanaan. Utamanya, jika hal tersebut menyangkut urusan besar. Seperti meneruskan pendidikan, terjun ke dunia wirausaha, membentuk keluarga, atau bahkan memindahkan ibukota negara.

Bagi umat beragama, urusan bagaimana supaya bisa masuk surga pun juga termasuk urusan besar. Karenanya, ia perlu direncanakan sedari dini. Ingin masuk surga dengan cara apa? Bagaimana tahapan-tahapan agar bisa memasukinya? Ingin masuknya lewat pintu yang mana? Dan seterusnya.

Terkhusus bagi umat Islam, urusan masuk surga itu memang gampang-gampang susah. Gampang karena informasinya bertebaran dimana-mana. Toh, ustadz kini juga sudah ada hampir di seluruh media. Namun menjalankannya tetap saja susah karena dibutuhkan istiqomah didalamnya.

Di antara cara bagi seorang muslim agar bisa memperbesar peluang memasuki surga adalah dengan menggenapkan rukun Islam. Mulai dari syahadat, sholat, puasa, zakat, juga haji. Kelima hal ini perlu dipersiapkan dengan matang dan tidak boleh dianggap sepele pelaksanaannya.

Urusan syahadat, tentu saja semua muslim sudah melaluinya. Tapi syahadat itu butuh pembuktian. Karenanya, memperbarui pemahaman terkait syahadat dan mengimplementasikannya kedalam amalan harian menjadi hal yang perlu dilakukan sepanjang hayat.

Sholat, puasa, zakat, ketiganya merupakan ibadah ritual yang dilaksanakan dengan frekuensi yang telah ditetapkan. Ibadah yang berulang-ulang ini memang rentan membuat kita jengah mengambil makna dari setiap pelaksanaannya. Oleh karena itu, pendalaman akan fiqh dan implementasinya dalam kehidupan juga tak boleh ditinggalkan.

Lantas bagaimanakah dengan haji? Bukankah haji merupakan satu-satunya rukun Islam yang tersematkan syarat "jika mampu"? Jadi, kalau kita tak kunjung mampu, berarti tidak perlu menunaikan haji, begitu?

Tentu saja tidak. Pasalnya kalau tidak direncanakan mampu, pasti tidak akan bisa mampu. Karena seiring waktu, ada saja kebutuhan yang harus kita penuhi. Entah untuk sekolah anak, mencicil rumah, membeli kendaraan baru, dan sebagainya. Akan selalu begitu.

 

Maka dari itu, kuncinya adalah perencanaan. Siapa yang mau sungguh-sungguh merencanakan haji, tentu berpeluang besar untuk bisa menjadi tamunya Allah. Namun kalau tidak pernah merencanakan, bagaimana Allah hendak memberikan peluang?

Beruntung kini hadir Rekening Tabungan Jamaah Haji dari Bank Danamon Syariah. Rekening ini dapat membantu nasabah melakukan pendaftaran ibadah haji dengan setoran awal Biaya Penyelenggaran Ibadah Haji (BPIH) sebesar 25 juta rupiah saja.

Sebagai gambaran, biaya haji tahun 2019 ditetapkan oleh DPR dan Menag sebesar 35,2 juta rupiah. Artinya, meski baru mengumpulkan uang sebesar Rp 25 juta saja, kita sudah bisa melakukan pendafataran ibadah haji lewat fasilitas yang disediakan oleh Danamon Syariah.

Kabar baiknya, pendaftaran sebesar Rp 25 juta itu sudah terkoneksi langsung dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) milik Kementerian Agama RI. Dengan kata lain, kita sudah bisa ikut mengantri sambil melunasi sisa biaya pembayaran haji tersebut.

Kini sudah muncul satu pertanyaan penting di benak saya. Bisa jadi beberapa dari Anda juga menyimpan pertanyaan serupa. "Bagaimana cara mengumpulkan uang sebanyak Rp 25 juta itu?"

Mari merencanakan

Langkah pertama, tentu saja membuka rekening di Bank Danamon Syariah. Agar setiap uang yang berhasil kita kumpulkan bisa langsung tersimpan, sebelum tercampur dengan pos uang untuk kebutuhan harian.

Yuk mulai niatkan sedari kini!
Yuk mulai niatkan sedari kini!

Proses pembuatan rekeningnya pun terbilang praktis dan mudah. Cukup mengisi formulir online lewat tautan ini, kemudian pihak Bank akan segera menghubungi dalam hitungan hari. Anda akan dipandu untuk memenuhi segala persyaratan administrasi secara lengkap, mudah dan cepat.

Adapun langkah kedua ialah menentukan berapa lama jangka waktu yang kita inginkan untuk memenuhi tabungan senilai Rp 25 juta tersebut. Entah itu 1 tahun, 2 tahun, atau bahkan lebih dari 5 tahun.

Tentu saja lama jangka waktu yang perlu ditetapkan itu terserah Anda. Sayangnya tidak ada yang bisa menjamin, kan, kalau Anda bisa hidup lebih lama? Karenanya, lebih cepat tentu lebih baik.

Setelah menetapkan jangka waktu, langkah ketiga adalah mengatur alokasi tabungan dari pendapatan utama. Besarannya lagi-lagi terserah Anda, karena sangat bergantung pada prioritas yang sudah Anda tetapkan. Yang jelas, setelah itu Anda perlu menghitung kekurangan biaya dari jangka waktu yang sudah Anda rencanakan.

Katakanlah semisal gaji Anda Rp 7 juta per bulan dan Anda ingin mengalokasikan Rp 1,5 juta setiap bulannya khusus untuk tabungan haji. Jika target Anda memenuhi Tabungan Haji Danamon dalam 1 tahun, artinya pos pendapatan utama ini dapat menyumbang hingga 12 x Rp 1,5 juta atau setara dengan Rp 18 juta. Maka Anda hanya perlu mencari Rp7 juta sisanya lagi dari pos pendapatan yang lain.

Inilah langkah keempat, yakni merencanakan usaha untuk mendapatkan pemasukan tambahan dari berbagai sumber. Banyak peluang yang bisa Anda manfaatkan. Mulai dari mengambil proyek menulis, mendesain, atau membuat web paruh waktu (freelance), memulai usaha dropshipping, menjadi mitra transportasi online, dan lain-lain.

Jenis pekerjaan yang berbeda, tentu memiliki sifat dan potensi penghasilan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, menjadi penulis freelance berpotensi menghasilkan hingga belasan juta. Namun prosesnya lumayan panjang dan Anda harus siap menulis banyak selama beberapa waktu tanpa penghasilan yang nyata.

Menulis bisa menjadi sumber pendapatan tambahan lho! Modalnya giat dan pantan menyerah tentunya.
Menulis bisa menjadi sumber pendapatan tambahan lho! Modalnya giat dan pantan menyerah tentunya.

Contoh lainnya, menjadi mitra transportasi online. Pemasukannya tentu sangat bergantung pada seberapa aktif Anda mengambil dan menyelesaikan orderan. Lain lagi dengan usaha dropshipping. Tantangannya adalah membuka dan mengelola channel di awal. Begitu penjualan sudah stabil, kesibukan Anda tinggal membalas chat pelanggan dan mengirim paket ke alamat tujuan.

Setiap jenis usaha untuk meraih pendapatan tambahan ini memiliki sifat yang begitu beragam. Oleh karena itu, sesuaikanlah dengan kondisi pekerjaan, kesehatan, dan urusan-urusan Anda yang lainnya. Jangan sampai kesibukan mencari tambahan ini mengganggu pekerjaan atau bahkan mendorong keluarga kedalam keributan.

Jika keempat langkah di atas sudah dilakukan, saatnya beranjak ke langkah kelima yakni mulai merealisasikan. Segala rencana itu akan tetap jadi rencana jika tidak pernah coba direalisasikan. Naik haji pun hanya akan jadi angan, selama kita tidak beranjak untuk segera mewujudkan.

"Your plan is start today, not tomorrow"

Mari mulai merencanakan cara agar kita bisa masuk surga. Mari mulai merencanakan haji sebagai puncak ibadah kita. Bersama Danamon Syariah, mari mulai merealisasikan rencana-rencana kita yang penuh keberkahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun