Mohon tunggu...
Sastra Kita
Sastra Kita Mohon Tunggu... Penulis - Seputar Seni dan Sastra

Penulis, Sastrawan, Penyair, dan Dramawan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dunia Kecil, Persepsi Hasrat Berbagi menurut Arief Akbar Bsa

16 Oktober 2021   23:27 Diperbarui: 16 Oktober 2021   23:50 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka dari itu, ini sangat menarik kala di kaitkan dengan perilaku anak anak saat bermain bersama yang kaya akan latar belakang di setiap individu. Katakanlah si "Mahdi anak bungsuku. Ia memiliki banyak teman bermain bersama entah main congklak, petak umpet atau apalah, yang membina sinergitas rasa untuk saling bersama. Maka ketika aku ajak pergi untuk pelesiran minggu ceria di wahana permainan anak, si mahdi begitu senang dan antusias tak luput khas "bocahnya yang langsung beberkan kepada teman-temannya jika ia akan berwisata bersama kedua orang tua nya. Ini tentu memicu rasa bangga diri pada si Mahdi, namun sebaliknya, hadirkan refleksi keinginan yang sama jika teman2 nya pun ingin juga seperti Mahdi yang dapat menikmati masa2 kecil dengan bermain. Dimana siluet refleksi "Dunia Kecil" itu tersulut untuk menentukan bagaimana polar pada sang anak kelak akan terbentuk. Terbiasa dengan kesendirian atau senantiasa menjunjung kebersamaan.

Bila ada sosok manusia antipati pada lingkungan, tumpul naluri seni nya, dan cenderung bersahabat dengan khayalan imajinasi, maka dipastikan si Mahdi tak memiliki simpati empati pada teman dekatnya yang selalu bermain bersama sama untuk turut mengajak serta di acara pelesiran minggu ceria di wahana permainan anak bersama kedua orang tua nya tadi. Dan sebaliknya, si.Mahdi bersikukuh memohon kepadaku untuk mengizinkan ia dapat mengajak teman2 nya ikut bersama pelesiran dan tak akan terhenti mata rantai dari bermain congklak bersama di halaman depan rumah berlanjut bermain di wahana permainan anak yang terletak di ujung batas kota Tangerang - Jakarta.

"Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu, demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu,"
gubahan syair lagu dari bang iwan fals, menggeser skip setelah lagu "Lamunan masih terdengar merdu dari radio tetangga ku.

Tanpa pikir panjang hasrat si Mahdi aku kabulkan walaupun nanti akan menambah pengeluaran uang karena bertambahnya muatan MPV hitamku dengan teman2nya Mahdi turut serta berlibur pelesiran minggu ceria, dimana nanti setelah kami kembali, teman2 mahdi pasti akan berbuih cerita menceritakan pada orang tua nya masing2 apa saja yang telah dikerjakan di wahana permainan anak bersama keluarganya Mekka Mahdi Akbar putra ku,
================================
mewarnai putih dengan warna warni agar lembaran itu menjadi indah penuh warna.
Ada saatnya anakmu diposisi sebaliknya, maka buih cerita kegembiraan akan membuat genderang telinga mu syahdu haru mendengarnya secara live dari bibir kecil buah hatimu.

Arief Akbar Bsa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun