Mohon tunggu...
Arief Widodo
Arief Widodo Mohon Tunggu... profesional -

saya pribadi yang suka kreatifitas,suka tantangan,berani,dan terkadang bekerja dalam tim juga asik walaupun saya lebih suka one man army.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jogja National Museum (JNM) “Sebuah Asa Yang Terpenggal”

22 November 2010   18:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:23 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12904506311896321412

RUMAH HIJAU

Sebelum diresmikannya Eks gedung ISI berubah menjadi JNM,pernah sebuah organisasi non pemerintah yang bernama "YAYASAN HIJAU" menempati gedung tersebut.

Yayasan Hijau bergerak di bidang "pendidikan lingkungan". Dan sebelum adanya Yayasan Hijau, memang sudah ada rencana dari KPH Wironegoro sendiri untuk mendirikan JNM.Tidak hanya tinggal secara Cuma-Cuma, Yayasan hijau diperbolehkan memanfaatkan salah satu ruangan di JNM,dengan catatan yayasan hijau bisa bersinergi dengan JNM.aplikasinya,bersatu padu membangun pencitraan dan promosi JNM.Wujud kerja sama lainnya Yayasan Hijau dengan JNM,atau lebih tepatnya dengan pak Wiro,membuat program ekstrakurikuler "green club" yang ada di SD TUMBUH,yang terletak di jln. AM Sangaji.secara kebetulan Bpk. Wiro selaku pemilik dari SD TUMBUH.

turut terlibat dalam pendirian JNM: Timi (seniman),Heri "macan" (seniman),Bpk.Sholeh (eks Sekretaris Dalem Wironegaran).Panji (Rumah hijau). Pembangunannya itupun telah mengantongi ijin dan dukungan dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X untuk merubah dirinya sebagai bakal representasi seni kotaYogyakarta.Sayangnya, saat renovasi mulai berjalan,  terjadi gempa Jogja pada 27 Mei 2006 Renovasi pun terpaksa dihentikan karena pihak yayasan memfokuskan perhatiannya pada segala bentuk penanggulangan bencana. Ketika itu, daerah Gampingan memang menjadi tempat penampungan dan sekolah bagi masyarakat sekitarnya.Kini dalam proses metamorfosisnya, JNM telah melakukan dan merencanakan berbagai progam dan pameran seni bagi para seniman di seputaran Jogja juga luar Jogja. Salah satunya yang berskala cukup akbar adalah pameran seni rupa Biennale yang sempat digelar dalam gedung-gedung bekas kelas ASRI itu.

Program lainnya menggelar diskusi non-formal di Bali.Agenda diskusi ini digelar di "café Panes Art Veranda Jl.Hayam wuruk,Denpasar,Sabtu tanggal 28 Juli 2007 dengan pembicara Bpk. KPH Wironegoro dengan mediator Mikke Susanto.

Sejauh mana berita yang telah masuk tentang JNM ke Bali,selain bertujuan mempromosikan kehadiran JNM,agenda ini juga membicarakan perihal keberadaan dan eksistemsi museum yang ideal.Sekitar 30 orang datang n sebagian dari mereka adalah perupa-perupa muda yang tinggal di sekitar Denpasar.Selain itu,hadir pula "Jean Coteau" (pengamat seni),Warih Wisatsana (penyair),siswa didik,sejumlah perupa.Dalam hal ini,Wironegoro menjadi representasi JNM menjelaskan bahwa JNM sendiri sesungguhnya bukanlah milik mahasiswa ASRI-ISI Yogyakarta,bukan saja milik orang jogja,bukan saja milik orang diJawa,tapi kini menjadi milik Indonesia,sehingga wajar jika diskusi ini dilakukan di bali maupun ditempat lain.Hadirnya JNM di Indonesia setidaknya akan memberi ruang bagi perupa Bali,.JNM setidaknya telah melakukan upaya untuk menetralisir pembatasan pemikiran maupun geografis dalam kancah seni rupa Indonesia.

Harapan yang belum tercapai

Tetap mengejar pada makna harafiah yang sesungguhnya sebagai tempat yang berlabel museum,hal ini juga diakui oleh K.P.H Wironegoro ketika ditemui di ruang cottage JNM disela interview,bahwa diperlukan dukungan banyak pihak serta sokongan dana yang tak terbatas untuk mewujudkan sebuah mimpi/angan untuk memiliki suatu museum yang layak standart Internasional.

"Kami bekerjasama dengan PemProv DIY dengan menggunakan hak pinjam pakai lahan untuk mewujudkan recovery terciptanya JNM ini mas,itupun setelah tempat ini mangkrak 10 tahun tidak ada yang memperhatikan setelah ISI pindah."terang K.P.H Wironegoro.

Ketika disinggung soal isu yang beredar di masyarakat tentang pergeseran nilai fungsi JNM menjadi wadah edukasi beberapa lembaga pendidikan yang berafiliasi ke yayasan Wironegoro,beliau menuturkan,"Masyarakat umum tidak memahami dan mengerti kesulitan kita untuk membuat JNM tetap beroperasi,tentunya biaya operasional juga tidak sedikit,sementara ini di JNM juga terkenal bagi para seniman kalau mau membuat acara datang saja ke JNM karena gratis,walaupun ada beberapa ruang yang sengaja kita sewakan dan hasil sewanya ya untuk menambah menutupi biaya opersional."ucap K.P.H Wironegoro

"Hal yang mendasar adalah kita terikat perjanjian kerjasama yang teramat ketat dengan pemprov,yang salah satu poinnya adalah kita dilarang terlibat dengan pihak ke tiga untuk penggalangan dana sponsorship.jelas ini membuat kita semakin terhimpit dengan kebutuhan operasional yang tidak sedikit,yang mestinya ini juga di akomodir oleh pemerintah setempat.dan kita terpaksa harus putar otak bagaimana caranya menutupi biaya operasional untuk JNM yang seluas 1,3 hektar ini.nah kebetulan seperti ada SD TUMBUH,suatu lembaga pendidikan Inklusi yang sedang mengalami renovasi gedung,akhirnya kita tawarkan untuk memakai/menyewa lahan kita di JNM sementara tempatnya di renovasi,dan keberadaan mereka jelas tidak berkaitan dengan JNM,apalagi menganggu aktifitas JNM,ini kan biar bersinergi ya larinya juga untuk JNM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun