Artikel kali ini saya mencoba mengajak pembaca untuk lebih peka melihat perbedaan atau persamaan.beberapa waktu yang lalu kita sempat dibuat terperana ketika ada kabar tentang film dokumentasi gigolo di Bali yang di buat oleh orang asing. Dan fakta yang mengejutkan di dalam film dokumenter itu adalah ketika sang istri dengan sadar memahami pekerjaan suaminya,yang mungkin di bali lebih lunak di sebut guide/pemandu wisatawan.
Sebelumnya saya ingin menerangkan satu hal tentang apa yang saya pahami betul tentang profesi guide ini karna saya pernah tugas dan residensi selama 2 tahun di bali,tentunya teman " blei " saya banyak juga baik di kuta ataupun di ubud.
Fakta # 01..guide selalu mengantarkan tamunya kemanapun ia ingin berwisata 24 jam,baik wisata kota( jalan - jalan dan nongkrong) atau mengunjungi situs wisata umumnya seperti tanah lot,dan sebagainya.Karna guide selalu menemaninya tak ubahnya bodyguard dan pacar maka perasaan nyaman pasti juga hadir,apalagi kalau guidenya tampan atau macho...tak menutup kemungkinan ada cinta lokasi..(pastilah...apalagi sampai cium-cium,raba-raba,atau naik ke ranjang...toh udah gede,hihi)
Fakta #02..Setiap orang yang pacaran pasti cium-cium,raba-raba,dan terakhir naik ke ranjang(bagi yang tidak melakukan beberapa hal tadi,tenang aja gak usah ke ge eran)
Fakta #03..guide menerima bayaran dan tips itu sudah jelas,karena imbalan atau insentif atau upah atas kerja dia sebagai guide dan jasa dia yang tentunya di organisir sepengetahuan dinas pariwisata.Kalaupun ia menerima lebih,itu tak lebih hanya perasaan puas sang wisatawan karna kooperatif dan naratif dari sang guide selama bertugas.
Persoalannya adalah apakah setiap orang yang berpacaran sampai terjadi romantisme berujung sex suka sama mau (hihi) di asumsikan perek ( maaf...agak gak enak di telinga ya..),pelacur,gigolo. sekarang ini tak dipungkiri sex sama suka (kalau istilah free sex nanti saya di kira ke ingris - ingrisan hihi)sudah lumrah di budaya masyarakat kita ( kalau anda mau jujur...pasti pernah)
Disini ada dua hal yang terjadi tapi tidak saling berkaitan langsung sehingga tidak bisa di simpulkan secara fragmatis. apakah itu? yaitu tadi pertama ada jalinan asmara antara guide dengan wisatawannya dan kedua sang guide menerima bayaran dan tips hanya karena jasa kerjanya dan kepuasan konsumen atas kepribadian dan kecintaannya pada pekerjaannya sehingga bisa bekerja dengan maksimal. jadi bayarannya bukan karena dia perkasa di atas ranjang.
Namun ada sedikit meninggalkan persoalan sosial dan budaya yang mungkin tercipta justru karena cara pandang positif para kaum istri kepada suaminya yang berprofesi guide. tanpa sedikitpun curiga kalau terjadi sesuatu yang lebih di dunia kerja sang suami ketika melayani tamu.Jadi sebenarnya esensi permasalahan ini hanyalah persoalan komitmen dan cara pandang yang berbeda oleh kaum ibu - ibu yang suaminya berprofesi guide.
Perlu anda tahu...kenapa para wanita asli Bali lebih suka suaminya bekerja jadi guide,selain hasil duitnya besar dari hasil prosentasi bagi hasil total penjualan antara guide dengan pemilik usaha karena sudah menggiring tamu ke toko mereka,belum lagi tips dan hadiah2 yang dia terima dari tamu ?? menurut mereka ( para istri )lebih baik mereka bekerja jadi guide atau nyewain mobil daripada dirumah saja,kalau tidak mabuk minuman arak ya berjudi sambung ayam. (Thats why...all the womens more wise right..)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H