Wayang thengul adalah ikon kesenian Bojonegoro. Wayang thengul hampir sama dengan wayang golek, namun perbedaannya pada cerita yang diangkat. Thengul sudah diakui secara nasional sebagai ikon Bojonegoro dan telah berkembang pesat.
Thengul berasal dari kata dasar "methentheng" dan "methungul". Methentheng memiliki arti dalang harus mengeluarkan tenaga ekstra (methentheng) saat mengangkat wayang yang terbuat dari kayu berbentuk tiga dimensi. Sementara menthungul berarti wayang yang diangkat dalang muncul dan dapat dilihat penonton (menthungul).
Wayang thengul dibalut pakaian sesuai cerita yang dibawakan. Saat membawakan ceritanya, tangan dalang akan masuk ke dalam bawah baju dan menggerak-gerakan wayang thengul dengan jari telunjuk dan ibu jari, sedangkan tiga jari yang lain memegang tangkai wayang.
Tari Thengul merupakan tari khas Bojonegoro. Tarian ini biasanya dipentaskan ketika ada acara penyambutan tamu atau tarian selamat datang. Tari thengul diisi lima sampai sepuluh penari putri dengan iringan gamelan.
Penggunaan kostum dan tata rias pun terbilang unik karena menyerupai karakter wayang. Gerakan tari thengul berupa gerakan kaku dengan mata melotot ke kiri dan ke kanan diiringi musik.
Tari thengul diartikan sebagai pergerakan tubuh manusia yang menyerupai wayang thengul, dengan penambahan koreografi serta inovasi untuk memberi kesan beda. Para seniman Bojonegoro sepakat membuat tarian dari wayang thengul karena itu wayang tiga dimensi di Pulau Jawa.
Bojonegoro juga memiliki wayang khas yang diberi nama wayang krucil yang terbuat dari kayu jati. Cerita yang diambil wayang krucil adalah cerita zaman Panji Kudalaleyan di Pajajaran. Juga cerita zaman Prabu Brawijaya di Majapahit. Tetapi wayang ini tidak menutup kemungkinan juga menggunakan cerita wayang purwa dan wayang menak hingga Babad Tanah Jawa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H