Oṃ bhūr bhuvaḥ svaḥtát savitúr váreṇ(i)yaṃbhárgo devásya dhīmahidhíyo yó naḥ prachodáyāt
Om,.. Om,.. Om
Sunyi menderu,
Ilalang bertafakur
Dalam gelap dan terang menjadi benderang.
Om,.. Om,.. Om
Rajah mendesah basah
Gemericik Aik Kalak runtuh pada tubuh ku
Gemetar raung dzikir tetesan usai kabut lenyap.
Om,.. Om,.. Om
Tangan ku merapal batas mantra gayatri tak sedu-sedu menderu.
Dewi Anjani, kau kah itu yang disamping segara anak membumbung tinggi sekelebat hilang dari pandangan ku?
(suara berbisik hinggap pada eidelwise yang meronta ronta kering diseberang pelawangan sembalun, desah-mendesah menderu satu)
Kemarilah dewi,
Lihatlah air susu dari birahimu keruh dimangsa ransel ransel berjatuhan.
Kemarilah anjani, kemarilah,..
Aku sang nata menunggumu dibalik kerumunan ikan ikan pada danau mu.
Pada tangis guguran lava berpijar-pijar riuhnya barujari.
Dan pada sendunya senaru saat manjer kawuryan hinggap diatas mega kepala ku.
Anjani,..
Aku runtuh dihadapanmu
Dibelaian tubuh mu.
-10 Pasa 1439
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H