Mohon tunggu...
Anam Ari Akbar
Anam Ari Akbar Mohon Tunggu... lainnya -

nyoba-nyoba nulis, semoga bermanfaat,\r\n\r\ntwitter: @anam_ari , instagram: anam_ari

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mengenal Sumedang Lebih Dekat (Museum Prabu Geusan Ulun)

23 September 2013   15:42 Diperbarui: 4 April 2017   18:22 2057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyebut kata Sumedang, pasti ingatan langsung tertuju pada tahu Sumedang yang namanya sudah sangat terkenal, namun Sumedang tidak hanya tahu, Sumedang banyak menyimpan potensi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Sumedang adalah sebuah kota kecil yang terletak di Propinsi Jawa Barat, jaraknya kurang lebih sekitar 40 km dari Kota Bandung.

Minggu kemarin saya jalan-jalan ke Kota Sumedang. Ada beberapa tempat yang saya kunjungi, di antaranya Muesum Prabu Geusan Ulun, Tahura Gunung Kunci, Alun-alun Kota Sumedang, dan Mesjid Agung Sumedang?. Dengan menumpang angkot saya menuju ke Sumedang. Angkot yang saya tumpangi melewai jalan Cadas Pangeran, di sana ada beridiri patung Pangeran Cornel (Bupati Seumdang saat itu) dan Daendels. Monumen ini mengisahkankemarahan Pangeran Kornel terhadap Belanda karena rakyat Sumedang diperlakukan semena-mena untuk membangun jalan di Cadas Pangeran.

Satu jam kemudian, angkot yang saya tumpangi tiba di Sumedang. Kesan pertama terhadap kota kecil asri, bersih, dan tertata rapi. Saya turun di depan Kantor Bupati Sumedang. Tempat pertama yang saya kunjungi adalah Museum Prabu Geusan Ulun. Letaknya masih berada satu komplek di dalam kantor Bupati Sumedang.

Sebelum memasuki museum, saya harus membayar 3000 Rupiah untuk tiket. Saya ditemani oleh Pak Abdul Syukur untuk mengelilingi Museum sebagai pemandu. Bapak yang satu sangat tahu detail tentang sejarah Kota Sumedang.

Museum ini terdiri dari enam bangunan di mana setiap bangunan memiliki tema tersendiri. Dulunya bangunan-bangunan ini adalah rumah para Bupati dan kerabat Bupati, namun sekarang bangunan-bangunan ini dijadikan tempat untuk menyimpan benda-benda bersejarah Sumedang.

Bangunan pertama yang saya kunjungi adalah bangunan Srimanganti. Bangunan ini kental akan arsitekstur Belanda. Bangunan ini didirikan pada tahun1973 dan pernah ditempati oleh Pangeran Kornel (Bupati yang terkenal pemberani dalam melawan pemerintah Belanda). Sekarang gedung ini, menyimpan koleksi mengenai raja-raja dan bupati yang pernah memimpin Sumedang. Informasi mengenai siapa-siapa saja yang pernah memimpin Sumedang cukup lengkap di sini.

[caption id="attachment_290273" align="aligncenter" width="448" caption="bangunan Srimanganti"][/caption] [caption id="attachment_290274" align="aligncenter" width="448" caption="Srimanganti (2)"]

1379924581997351998
1379924581997351998
[/caption]

Selanjutnya saya melihat gedung yang ada di sebelahnya, bangunan Bumi Kaler namanya. Dari namanya saja sudah bisa ditebak, rumah di sebelah utara artinya. Dahulu kala, di komplek museum ini ada dua bangunan seperti ini, Bumi kaler yang berada di utara dan rumah yang satunya berda di selatan. Namun sayang, karena kurang terawat, rumah yang berada di selatan hancur, tinggal Bumi Kaler saja yang masih berdiri tegak. Sekarang bangunan ini menyimpan naskah-naskah kuno Sumedang. Kebanyakan naskah berbasaha Arab.

[caption id="attachment_290275" align="aligncenter" width="448" caption="Bumi Kaler"]

1379924690973048578
1379924690973048578
[/caption] [caption id="attachment_290276" align="aligncenter" width="448" caption="naskah kuno"]
13799247621652857651
13799247621652857651
[/caption] Kemudian saya mengunjungi Bangunan Gendeng. Di dalamnya tersimpan banyak pusaka pada zaman dahulu berupa keris, kujang, tombak, dan sebagianya. Di sini juga tersimpan senjata meriam kolonial Belanda dalam berbagai bentuk. Semua koleksi pusaka di museum “dicuci” pada bulan tertentu. Karena saking banyaknya pusaka yang “dicuci”, ritual ini berlangsung selama tujuh hari berturut-turut. “kalau mau lihat, datang aja pada bulan Maulud” kata Pak Syukur.

[caption id="attachment_290278" align="aligncenter" width="448" caption="meriam VOC"]

1379924887621591227
1379924887621591227
[/caption]

Dari bangunan Gendeng, saya pindah ke Gedung Gamelan. Dilihat dari namanya, sudah bisa ditebak, bangunakn ini menyimpan koleksi alat musick kuno Sumedang, kebanyakan gamelan. Gamelan-gamelan ini tidak hanya dibuat di Jawa Barat saja kata Pak Syukur, ada juga yang dibuat di Thaialnd kala itu. Setiap minggunya ada kelompok sanggar anak-anak yang berlatih memainkan musik di sini. Ini adalah upaya untuk melestarikan budaya Sumedang, masih kata Pak Syurkur.

[caption id="attachment_290279" align="aligncenter" width="448" caption="gamenlan kuno"]

13799249791774833478
13799249791774833478
[/caption]

Saya dan Pak Syukur lanjut ke bangunan berikutnya, nah ini bangunan yang menjadi ikon museum ini kata Pak Syur, nama bangunanya adalah bangunan Pusaka Khusus. Di dalam bangunan ini, terdapat mahkota yang dipakai oleh raja Sumedang dahulu kala. Di sini juga tersimpan koleksi pusaka tujuh. Sungguh pengalaman yang menarik, saya dapat melihat pusaka tujuh. Pusaka tujuh terdiri dari tujuh buah senjata yang bervariasi bentuk dan ukurannya.

[caption id="attachment_290281" align="aligncenter" width="448" caption="bangunan Pusaka Khusus"]

1379925079410287118
1379925079410287118
[/caption]

Bangunan terakhir yang saya lihat adalah bangunan Kereta. Di sini tersimpan kereta yang biasa dipakai oleh para raja dan bupati kala itu. Kereta-kereta ini dulunya ditarik oleh manusia. Namun sayang kareta ini sudah tidak berfungsi lagi, hanya sebagai pajangan saja.

[caption id="attachment_290283" align="aligncenter" width="448" caption="bangunan Kereta"]

13799251901672226858
13799251901672226858
[/caption] [caption id="attachment_290286" align="aligncenter" width="448" caption="kereta"]
1379925596844282341
1379925596844282341
[/caption]

Meseum Geusan Ulun cukup menarik untuk dikunjungi, cukup membuka wawasan tentang sejarah dan budaya Sumedang. Bersambung,,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun