Mohon tunggu...
@Arie
@Arie Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang mau berfikir luar biasa. that is

Orang biasa, yang mau berfikir luar biasa. Hobi menulis sejak remaja, sayangnya baru ketemu Kompasiana. Humanis, Humoris, Optimis. Menjalani hidup apa ada nya.@ Selalu Bersyukur . Mencintai NKRI. " Salam Satu Negeri,!!" MERDEKA,!!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kutemukan Mutiara yang Hilang (Eps,51)

20 Oktober 2019   06:00 Diperbarui: 21 Oktober 2019   10:14 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dailymotion.com

TRUE Story : Dari Kisah, Kusujudkan Cintaku di Mesjid Sultan

-"Cinta dan kerinduan yang membeku dan menggumpal tiga puluh tahun, dan  baru  menemukan alur nya ini, seperti lahar dingin yang berubah menjadi magma panas, menggelegak, mendidih, membakar jiwa dan  siap menghanguskan apa saja,  jika kami tak mampu mengendalikan nya.-"

Dia menceritakan itu semua dengan isak tangis dan derai air mata, dari seberang  sana. Kami tersedu --sedan ber dua-an, saling menyesali kebodohan.. Subhanallah,! 

Sampai sejauh itu keteguhan  hati dan cinta nya! Keteguhan hati nya untuk mengejar cita-cita luhur nya, membantu keluarga dan orang tua nya serta bertahan dengan target dan tujuan hidup nya, baru akan menikah di usia dua puluh lima!

"- Dan ketika aku memutuskan berangkat ke Malaysia, tempo hari, seharusnya, waktu itu, aku kembali pada nya.  Tapi aku salah sangka, salah menduga, dan menganggap bahwa diantara kami tak pernah  ada rasa. Diantara kami tak pernah ada cinta.  

Hanya aku saja, yang bertepuk sebelah tangan . Mengharapkan bulan turun kepangkuan. "Mabok Cinte, Gile Bayang,!!-" Dan kesalahan itu harus kutebus dengan penderitaan batin yang hebat, berkepanjangan, puluhan tahun kemudian. 

"- Aku memang bodoh, tak mengerti  isyarat dari nya. Padahal, ketika aku akan berangkat menjalani pelatihan Suskalak Ke Pasir Panjang tempoh hari, sebagai syarat pengangkatan Pegawai Negeri. Dia sempat menitipkan rantang berisi makanan , dengan secarik kertas kecil bertulisan, :' "Baik --baik jaga diri, hati-hati ditempat orang,"  itu  pesan  singkat buatku, ada tanda tangan nya.-". 

sumber: dailymotion.com
sumber: dailymotion.com

"- Kami menyesali semua kesalahan. Kesalahan yang sangat  fatal dalam hidup kami. Kesalahan yang tak dapat ditebus kembali.  Kami menyesali kebodohan kami. Kebodohan yang menyebabkan "luka batin kami berdua " yang sangat parah.  Kami menangis dan tertawa bersama, dari  ujung  telfon , satu di Jakarta, satu di Pontianak,  sekitar selama dua jam bicara.

-" Ketika ku tutup telfon nya, dada ku berguncang hebat, seperti ada gemuruh tumpahan lahar yang ingin keluar dari dasar gunung ber api, menggelegak dan mendidih dengan sangat dahsyat, mencari puncak kawah, dan memuntah kan isinya!  Aku menangis sejadi-jadi nya, !" 

Aku menyesali kebodohan ku.  Menyesali ketergesaan ku, ketergopohan ku, dan kesalahan ku menilai nya. Mengapa aku hanya menurutkan rasa, tidak menurutkan  akal dan fikiran.?

"- Kenapa upaya nya menjaga jarak, kutafsirkan sebagai kesombongan dan keangkuhan? Kenapa aku tak berfikir,   jika aku gemetar berdekatan dengan nya, mungkin Dia juga lebih kurang sama,?-" Tapi saat itu, aku hanya lah seorang remaja, yang belum panjang nalar nya. Sehingga tak pernah mengerti, ketika, kadang sepupu-sepupu nya memanggil ku dengan sebutan, : "Buah Hati. 

" Sejak saat itu, kami sering kontak. Untuk  sekedar bertanya kegiatan sehari hari, kondisi anak-anak, cuaca, kesehatan, atau sekedar bertukar informasi dan keadaan  keluarga masing-masing.

"- Kami  merasa  seperti  hidup kembali. Kami merasa menemukan lagi cinta kami. Kerinduan yang tersimpan dibawah permukaan selama lebih dari tiga puluh tahun, yang mengendap seperti fosil batubara, sekarang meluap dan membakar jiwa. Rasa nya kami tak ingin menutup telfon tiap kali  kontak. Dada kami dipenuhi rasa yang menggelora dan siap menghanguskan apa saja. Kami lupa usia, kami lupa keluarga, kami lupa segala nya. Cinta dan kerinduan yang menemukan alur nya ini, seperti lahar dingin yang berubah menjadi magma, menggelegak, mendidih,  dan  rasa nya sulit untuk di lukiskan dengan kata - kata.-"

"- Tiap ada waktu luang, kami menyempatkan diri untuk saling kontak. Aku merasa seperti kembali remaja, barangkali begitu pula yang dirasakan nya. Tengah malam kadang aku terbangun, lalu tersenyum sendiri. Ada taman bunga mekar di hati kami. Ada debur ombak menggemuruh, : menghantam dan memecahkan kerinduan yang telah membatu, membeku dan  menggumpal selama ini.-"

"- Rasanya jiwa kami seperti kembali utuh, setelah lama terbelah, setelah tiga puluh tahun terpisah, setelah tiga puluh tahun menderita memendam rasa cinta yang begitu besar dan begitu hebat nya, karena kesalahan fahaman yang kami ciptakan sendiri.  Karena aku tak mampu membaca isyarat hati seorang wanita.  Sekarang  jiwa ku   merasakan :"-  Mutiara yang hilang dari dasar jiwa, yang kucari sampai ke ujung Pulau Sumbawa, kini telah kutemukan  kembali,-"

Bersambung Episode ,52 ( baca disini ) ( baca dari awal )@Arie, 118102019. Surabaya menjelang fajar

Video Youtube, Dirko Pangarep colection


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun