"- Kenapa upaya nya menjaga jarak, kutafsirkan sebagai kesombongan dan keangkuhan? Kenapa aku tak berfikir, Â jika aku gemetar berdekatan dengan nya, mungkin Dia juga lebih kurang sama,?-" Tapi saat itu, aku hanya lah seorang remaja, yang belum panjang nalar nya. Sehingga tak pernah mengerti, ketika, kadang sepupu-sepupu nya memanggil ku dengan sebutan, : "Buah Hati.Â
" Sejak saat itu, kami sering kontak. Untuk  sekedar bertanya kegiatan sehari hari, kondisi anak-anak, cuaca, kesehatan, atau sekedar bertukar informasi dan keadaan  keluarga masing-masing.
"- Kami  merasa  seperti  hidup kembali. Kami merasa menemukan lagi cinta kami. Kerinduan yang tersimpan dibawah permukaan selama lebih dari tiga puluh tahun, yang mengendap seperti fosil batubara, sekarang meluap dan membakar jiwa. Rasa nya kami tak ingin menutup telfon tiap kali  kontak. Dada kami dipenuhi rasa yang menggelora dan siap menghanguskan apa saja. Kami lupa usia, kami lupa keluarga, kami lupa segala nya. Cinta dan kerinduan yang menemukan alur nya ini, seperti lahar dingin yang berubah menjadi magma, menggelegak, mendidih,  dan  rasa nya sulit untuk di lukiskan dengan kata - kata.-"
"- Tiap ada waktu luang, kami menyempatkan diri untuk saling kontak. Aku merasa seperti kembali remaja, barangkali begitu pula yang dirasakan nya. Tengah malam kadang aku terbangun, lalu tersenyum sendiri. Ada taman bunga mekar di hati kami. Ada debur ombak menggemuruh, : menghantam dan memecahkan kerinduan yang telah membatu, membeku dan  menggumpal selama ini.-"
"- Rasanya jiwa kami seperti kembali utuh, setelah lama terbelah, setelah tiga puluh tahun terpisah, setelah tiga puluh tahun menderita memendam rasa cinta yang begitu besar dan begitu hebat nya, karena kesalahan fahaman yang kami ciptakan sendiri.  Karena aku tak mampu membaca isyarat hati seorang wanita.  Sekarang  jiwa ku  merasakan :"-  Mutiara yang hilang dari dasar jiwa, yang kucari sampai ke ujung Pulau Sumbawa, kini telah kutemukan  kembali,-"
Bersambung Episode ,52 ( baca disini ) ( baca dari awal )@Arie, 118102019. Surabaya menjelang fajar
Video Youtube, Dirko Pangarep colection
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H