Mohon tunggu...
@Arie
@Arie Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang mau berfikir luar biasa. that is

Orang biasa, yang mau berfikir luar biasa. Hobi menulis sejak remaja, sayangnya baru ketemu Kompasiana. Humanis, Humoris, Optimis. Menjalani hidup apa ada nya.@ Selalu Bersyukur . Mencintai NKRI. " Salam Satu Negeri,!!" MERDEKA,!!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ada Udang di Balik Kapuas ( Eps. 5 )

2 September 2019   06:00 Diperbarui: 9 Oktober 2019   12:51 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TRUE Story : Dari Serial, Kusujudkan Cintaku di Mesjid Sultan

Bab.I.hal.5 . #, Memancing Udang Galah

Waktu luang ku kadang diisi dengan memancing udang galah (sejenis lobster sungai), bersama teman akrab ku. Hari libur kami merupakan hari yang paling membahagiakan, sebab kami bisa memancing sejak pagi hingga sore hari. 

Tentu saja dengan membawa bekal makanan. Dengan menggunakan sampan kecil, aku dan temanku menyusuri sungai Kapuas, mencari tempat berlabuh, dimana diperkirakan banyak udang galah disitu.  ( lihat disini )

Dan sore harinya,  kami biasa mendapatkan hasil sampai puluhan ekor, masing masing. Sebagian kami jual, dan sebagian kami serahkan orang tua untuk dimasak dan disantap bersama keluarga.

Masyarakat daerah ku menekuni berbagai profesi,: ada pegawai negeri, swasta, pedagang, pengusaha toko pakaian, toko kelontong, pedagang kaki lima,sopir angkutan, sopir antar kota, belukar ( sebutan mereka yang jual beli emas ), dengan membuka lapak di pinggir jalan, pedagang besi tua, dan jasa penambang,(sebutan mereka yang menjual jasa dengan menyeberangkan orang ), serta mereka yang membuka warung kecil menjual makanan dan minuman  atau warung kopi .   ( klik disini )

Masyarakat daerah ku sangat Heterogen.  Berbagai jenis suku dan bangsa tinggal dan menetap bersama, ada mereka yang berasal dari Sunda, Banten, Jawa, Madura, Banjar, Bugis, Tembelan, Midai, Serasan, Terempa, Tionghoa, dan kami sendiri yang masuk dalam puak  Melayu. 

 Mereka dulunya imigran, sejak zaman Sultan Abdurrahman, dan Sultan berikutnya. Mereka diberikan hak menggarap tanah, yang saat itu masih berupa hutan belantara, untuk hidup dan menetap bersama keluarga dan kaum kerabatnya, awalnya berjumlah puluhan orang. 

Seiring berjalan nya waktu, generasi demi generasi,  jumlah mereka menjadi banyak. Itulah mengapa daerah Ku memiiliki nama kampung yang agak berbeda mungkin dengan daerah lain, yang biasanya menggunakan nama sungai, nama hutan, nama gunung, dsb.  ( lihat disini )

Di daerahkan boleh dibilang komplit. Ada kampung Tambelan Sampit, yang dulunya mereka berasal dari pulau Tambelan, sebuah pulau di daerah sebelah barat pulau Kalimantan.  ( lihat disini )

Mereka di izinkan membuka hutan di pinggiran sungai Kapuas Kecil, sebelah timur Istana Kadriah, sedangkan nama Sampit barangkali dari nama satu daerah di  Kalimantan Tengah, secara bersama orang Tambelan dan orang Sampit bergotong- royong membuka hutan, menebas belukar, menebang pohon-pohon besar yang ada, jadilah  sekarang dikenal dengan nama Kampung Tambelan Sampit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun