Â
Keluarga, yang demikian kita sebut adalah lingkungan paling dekat dengan kita. Bahkan, ketika mengasumsikan keluarga, merekalah yang paling nomor wahid saat kita sedang dalam musibah dan membutuhkan pertolongan segera. Demikian dengan rasa dan pikiran, bisa saja bersatu padu dengan anggota keluarga inti. Asal-usul keluarga yang mendasari terbentuknya circle ini tidak perlu dipertanyakan kedekatan dan kesamaannya. Jika lingkungan tersebut jauh dari koneksi yang toxic, keluarga akan bertumbuh dan berkembang beriringan. Lantas, bagaimana dengan karakter setiap individu keluarga tersebut? Mungkin dari sudut pandang inipun sebagian besar masyarakat lebih meyakini bahwa karakter setiap anggota keluarga itu tidak jauh berbeda. Cenderung sangat mirip bahkan sama.
Namun, dalam praktik atau implikasinya di kehidupan nyata banyak ditemukan kondisi yang tidak sesuai dengan definisi umum. Bahwa di dalam sebuah keluarga tidak masalah jika ditemukan unsur-unsur yang mengandung perbedaan. Seorang anak masih dianggap anak kandung di dalam keluarga tersebut jika tidak menyukai bakso tetapi lebih suka gado-gado. Sedangkan orang tua mereka sangat suka gado-gado karena indera penciumannya cenderung menolak aroma daging olahan di dalam bakso. Begitu juga dengan hobi dari anak pertama dan kedua mereka yang berbeda. Satunya lebih suka menggambar dari gadget tablet (cenderung introvert) dan satunya gemar mengikuti kegiatan sosial di luar rumah (ekstrovert). Seperti halnya tiap-tiap keluarga di dunia ini yang tentu beraneka ragam kebiasaan atau karakternya, perbedaan dalam internal sebuah keluarga justru menjadi kekayaan keluarga itu sendiri. Keberagaman yang menarik dan unik bukan?
Pembahasaan dari sebuah istilah 'perbedaan' ini disajikan terstruktur dan kontekstual. Dikemas sangat menarik dengan ilustrasi slide presentasi yang familiar serta bahasa yang tidak kaku oleh Bapak Rama Kurniawan, S.Pd., M.Pd. dan Bapak Gema Fitriady, S.Pd., M.Pd. Agenda penting yang diselenggarakan oleh LPTK Universitas Negeri Malang ini dilaksanakan secara luring dari tanggal 10 - 14 April 2023 dan bertempat di beberapa ruang kelas gedung A21. Pelaksanaan setiap prodi berbeda-beda, ada yang 2 hari dan ada pula yang sampai 3 hari bergantung kebijakan kaprodi masing-masing.
Program yang digadang-gadang oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) ini bertajuk Wawasan Kebhinnekaan Global (WKG). Sebuah aksi nyata dari pemerintah untuk membina perbedaan globalisasi di lingkungan civitas akademika. Kegiatan WKG ini tentu sangat mengedukasi seluruh mahasiswa PPG Prajabatan Gelombang 2 tahun 2022 Universitas Negeri Malang. Memberikan ruang dan orientasi terbuka yang sangat dinamis untuk merangsang karakter profesional dari lulusan PPG Prajabatan Universitas Negeri Malang. Sebelum mahasiswa memasuki ruang kelas, pemateri memberikan link pretest terlebih dahulu melalui admin kelas prodi masing-masing sebagai tes awal mahasiswa sebelum menerima materi.
Konten-konten Wawasan Kebhinnekaan Global ini ada lima, yaitu Kebhinnekaan Global, Kebhinnekaan Nasional, Kebhinnekaan Personal, Kebhinnekaan di Sekolah, dan Sekolah Damai. Pemateri tentu tidak serta merta memaparkan konten dengan teknik konvensional (teacher centered) yang monoton. Namun, mahasiswa sebagai audience diajak berkolaborasi dalam ruang diskusi kelompok dengan topik permasalahan yang menstimulasi pemikiran supaya lebih konstruktif. Mahasiswa langsung praktik simulasi dalam bentuk permainan yang menyenangkan. Setiap topik diberikan permasalahan yang harus didiskusikan tiap kelompok.
Dilengkapi dengan property yang sudah disediakan, rangkaian kegiatan WKG terasa sangat konseptual namun kami begitu easy going. Ibarat kata sebuah tempat nongkrong, ruang kelas acara WKG adalah sudut ngopi ternyaman dengan cita rasa kopi yang aromatik memanjakan lidah penikmat kopi yang sedang berkunjung. Sangat berkesan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H