Mohon tunggu...
Arie Suharso
Arie Suharso Mohon Tunggu... -

Melihat, mendengar , merenung, dan membantu menyampaikan....... semua tentang bumi dipasena.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ada Udang di Balik Batu, di Balik Udang Ada Apa???

23 September 2010   17:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:01 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tambak udang lampung dan keplasmaannya (bag 1)

(keberlanjutan dan hak kemerdekaan ekonomi anak bangsa)

Sebuah wacana yang berjudul "kebangkitan".

Sejak terjadinya peristiwa kerusuhan yang menelan korban jiwa pada awal maret tahun 2000 . sebanyak 16.500 hektar tambak udang di pesisir utara lampung tak lagi beroperasi sebagai mana mestinya. Eksport udang indonesia menurun drastis dan ribuan petambak plasma pt dipasena citra darmaja terkatung-katung nasibnya, lembaga bantuan hukum untuk para petambak plasma yang tergabung dalam Perhimpunan Petambak Plasma Udang Windu (pppuw) segera mendesak pemda setempat untuk mengutamakan kasus pt dipasena karna termasuk aset yang cukup besar untuk menopang perekonomian di propinsi lampung, namun hingga kini tak juga ada usaha nyata dari pihak-pihak terkait untuk membantu penyelesaian masalah yang terjadi di wilayah tambak udang terbesar di asia tenggara ini.

Ribuan petambak yang pernah ikut andil memberi sumbangsih devisa US$ 167 juta kepada negara pada tahun 1996 dan US$ 131 juta pada awal krisis tahun 1997 , acap kali menjadi bulan-bulanan politik dari pihak-pihak tak bertanggung jawab yang mencoba mengambil keuntungan. Namun terlepas dari semua itu, para petambak justru menjadi lebih tanggap dan kritis terhadap aturan-aturan pola kemitraan dan hak-hak azasi sebagai warga negara.

Perhimpunan petambak plasma udang windu (pppuw) lampung yang resmi didirikan pada tanggal 30 september 1998 menjadi satu-satunya wadah aspirasi bagi 9032 kk yang hidup dan berbudidaya secara mandiri di wilayah bekas kekuasaan salah satu orang terkaya di negeri ini. Meski tak lagi melakukan aktifitas eksport ke negara luar namun setidaknya para plasma ini mampu sedikit memperbaiki kondisi ekonomi, juga sosial dan budaya yang semestinya terjadi di atas setiap tanah yang mengibarkan kain merah dan putih sebagai bendera. Dibangunnya lembaga ekonomi p3uw, bantuan serba guna untuk kondisi keamanan, pengadaan dan perbaikan sarana sosial dan umum, sarana budidaya,dan penambahan sarana pendidikan memberikan secercah stabillitas untuk kehidupan plasma yang sesungguhnya berperan sangat besar dalam perkembangan wilayah-wilayah transmigrasi di sekitar areal pertambakan tersebut. Bahkan ukm-ukm bidang pembibitan udang yang tersebar dipesisir selatan lampung hingga jawa barat pun ikut merasakan hal ini.

Seiring waktu dan kondisi alam bumi dipasena yang terus tersuspensi oleh sedimen lumpur dari aliran sungai mesuji dan tulang bawang, kanal-kanal pembuangan dan saluran masuk mengalami pendangkalan yang menjadi masalah baru dalam proses budidaya mandiri yang berjalan apa adanya. Belum lagi ditambah limbah dari pabrik pengolahan udang dan pabrik pakan milik pt dipasena yang masih beroperasi didalam lokasi dan berjalan tanpa pengawasan ketat dari intansi lingkungan hidup setempat.

Keuangan dan tekhnis sudah barang tentu merupakan titik kelemahan bagi setiap petani tak terkecuali plasma, sehingga pemeliharaan sarana dan optimalisasi tambak-tambak yang ada tak mungkin terwujud tanpa adanya campur tangan investor dan pemerintah. Pelaksanaan budidaya di bumi dipasena akhirnya mendapat perhatian serius dari pemerintah setelah pt dipasena diserahkan kepada Badan penyehatan perbankan nasional (BPPN) sebagai aset negara karna didalamnya menyangkut masalah hajat hidup orang banyak . Menunggu kepastian dalam keterpurukan bukanlah hal yang mudah ,para petambak terus mendesak pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan dan segera merevitalisasi sarana yang ada. Sementara untuk bertahan hidup dan membiayai perjuangan mereka mencari ikan disaluran-saluran air, menjual barang bekas ,bercocok tanam dan lain-lain.

Setelah sekian lama menunggu akhirnya pemerintah memberi respon positif terhadap tuntutan para petambak, melalui perusahaan pengelola aset (ppa) pt dipasena ditawarkan secara terbuka kepada para investor yang akhirnya dimenangkan oleh recapital advisor milik dua karib, Sandiaga Uno dan Rosan Perkasa Roeslani setelah mengalahkan beberapa pesaing lainnya. Diakhir oktober 2005 Pahlawan baru untuk ribuan petambak dan karyawan pt dipasena ini menyanggupi persyaratan yang diajukan pemerintah berupa kewajiban membayar dana talangan dan beberapa opsi tentang kepemilikan saham, bayangan tentang kehidupan yang lebih layak tergambar jelas diraut wajah anak-anak bangsa bumi dipasena. Namun senyum itu tak bertahan lama, 1 maret 2007 persis tujuh tahun sejak kejadian mencekam yang menewaskan dua orang anggota brimob dan satu orang petambak, recavital advisor melepas pt dipasena kembali ke pangkuan pemerintah. Infeksi lambung manajemen dan masalah sistem pencernaan pada hal-hal komlpeksitas yang salah perhitungan membuat recapital advisor harus merelakan dana 700 milyar yang hendak di konversikan menjadi saham.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun