Mohon tunggu...
Arie Alfikri
Arie Alfikri Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pandangan Erwin Yunaz tentang Pariwisata Payakumbuh

9 November 2017   22:03 Diperbarui: 9 November 2017   22:38 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wawancara dengan Wakil Wali Kota Payakumbuh Erwin Yunaz tentang Pariwisata Payakumbuh

Sabtu, 4 November 2017

Sebelum ke topik pariwisata, bagaimana kesan anda menjabat Wakil Walikota Payakumbuh selama hampir dua bulan ini?

Sejak pelantikan 23 September, tidak terasa bagi kita untuk melakukan observasi dan terjun langsung. Di situ kita menyadari bahwa di dalam pemerintahan memang tidak semudah yang kita bayangkan di dunia swasta. Karena di pemerintahan kita harus bekerja dalam aturan-aturan yang sangat jelas dan baku. Kalau di swasta kita bisa lakukan speed up. Bisa dilakukan perubahan jika dirasa itu penting dan perlu. Action bisa langsung selesai hari itu juga. Namun dalam pemerintahan tidak bisa. Semuanya bekerja berdasarkan aturan apalagi berkenaan dengan anggaran.

Apakah ada kendala dalam menyesuaikan latar belakang anda dari swasta menuju ke pemerintahan?

Kendala ada. Tapi kita tidak melihat kendala yang akan menghambat kita bekerja. Tapi justru kita mengajak unit-unit atau OPD untuk bersama-sama menumbuhkan rasa memiliki Kota Payakumbuh. Sehingga jika Feeling Sense of Belonging itu tumbuh dari pribadi-pribadi pemerintahan daerah, Insya Allah kendala itu bukan lagi menjadi penghalang kita untuk berkarya.

Bagaimana menurut anda kondisi pariwisata Payakumbuh saat ini?

Salah satu yang bisa kita jual adalah pariwisata. Di sini kita punya pariwisata alam. Sumatera Barat punya alam yang begitu indah anugerah dari Allah SWT. Hanya saja kita terlena dan tidak menyadari bahwa alam ini adalah potensi yang sangat besar untuk menambah income kita untuk dijadikan objek wisata. Mungkin selama ini pemerintah belum fokus ke arah itu. Kita akan mulai secara bertahap sistem pengelolaannya, itu sangat penting.

Selama ini saya sudah mengunjungi beberapa tempat wisata untuk survei dan observasi langsung. Saya menemukan perlakuan yang sangat berbeda antara wisata lokal dan daerah-daerah yang sudah terkelola pariwisatanya dengan baik.

Bagaimana penilaian anda tentang pengelolaan pariwisata Payakumbuh selama ini?

Pengelolaan yang dilakukan boleh dibilang masih jauh dari standar. Insya Allah kita bersama dinas terkait akan memberikan standar yang jelas dan baku untuk mengelola aset-aset pariwisata khususnya pariwisata alam.

Sebenarnya bagaimana potensi pariwisata Payakumbuh?

Kita punya beberapa objek wisata. Ngalau Indah misalnya. Ngalau Indah itu belum kita promosikan dengan baik. Apa yang ada di dalamnya, storinya, fasilitas-fasilitasnya belum tervisualkan dengan baik. Insya Allah nanti kita seriusi, dikelola secara profesional dan diekspos sehingga menjadi tempat yang layak disebut objek wisata serta menampung banyak pengunjung.

Jadi masalahnya ada pada promosi?

Tidak hanya promosi tapi juga pengelolaannya. Keduanya harus simultan. Saat kita sudah berani promosi tapi tidak dikelola dengan baik, akhirnya malah tidak menjadi baik, melainkan menjadi buruk.

Untuk pengelolaan pariwisata Payakumbuh, apa masalahnya?

Belum diseriusin aja. Kita punya banyak sumber daya dan tenaga kerja, hanya saja mereka tidak punya guidance untuk melakukan apa dan bagaimana.

Apakah iven Bagodang, Karnaval, dan sebagainya efektif untuk mendongkrak pariwisata Payakumbuh?

Untuk skala lokal cukup efektif hanya saja itu belum terukur. Baru terlihat dari segi ramainya saja. Ke depan kita bisa membuat iven yang tidak hanya tersentral pada satu tempat.

Bagaimana rencana anda mengembangkan wisata kuliner di Payakumbuh?

Kuliner tidak dipingkiri sudah hampir 24 jam di Payakumbuh. Ini perlu kita kelola dengan baik. Kita belum punya landmark untuk orang yang menikmati kuliner.

Pengunjung ke sini jangan hanya untuk makan saja, namun setelah mereka makan pergi lagi. Kita manjakan turis kuliner maupun penikmat kuliner sehingga mereka stay di sini. Mereka harus menginap di Payakumbuh. Kita butuh hotel sekelas bintang tiga ke atas untuk menambah gairah dan daya tarik penikmat kuliner. Jadi tidak harus balik lagi ke Bukittinggi misalnya.

Waktu debat kandidat dulu, wali kota menyebutkan keberadaan bandara sebagai penunjang accesibility pariwisata Payakumbuh. Bagaimana menurut anda?

Keberadaan bandara adalah mutlak bagi kota yang menjadi destinasi wisata.  Hanya saja ini butuh proses dan keseriusan semua pihak. Lahan kita tidak punya.  Harus bekerja sama dengan tetangga, Kabupaten Limapuluh Kota. Ini adalah impian bagus yang sudah diangkat oleh bapak Riza Falepi. Dalam mewujudkannya butuh energi dan fokus sesuai dengan target RPJMD.

Bagaimana langkah praktis anda untuk memajukan pariwisata Payakumbuh?

Mengorganize, mendata kembali objek-objek wisata, menetapkan standar pelayanan, dan melatih SDM sebagai pengelola wisata. Di saat kita siap, dan menyatakan ini layak sebagai tempat wisata, baru kita ekspose. Begitu juga wisata kulinernya. Kita akan membuat visual tentang daerah-daerah wisata yang kita kelola.

Bisa anda beri contoh kongkritnya?

Misalnya sekarang kita punya kampung rendang. Ini akan kita visualkan sehingga orang tahu seperti apa yang namanya sentra industri rendang itu. Kita lakukan rebranding city. Payakumbuh City of Rendang. Payakumbuh sangat layak dijadikan Kota Rendang. Daerahnya tidak terlalu tinggi dan juga tidak rendah, sangat bagus untuk kelapa. Kelapa yang tumbuh di Payakumbuh sangat cocok untuk produksi rendang. Anugerah alam yang begitu besar dari Allah harus kita kelola dengan baik.

Kita ajak juga investor untuk membuat School of Rendang. Jika dunia bertanya tentang rendang, digoogling maka City of Rendang itu ada di Payakumbuh. Akan ada interest dunia  untuk belajar rending dan di sini ada kampus khusus untuk mengajarkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun