“Empat hari lagi Valentaaaaiiin….! Bapak Ibu masih punya waktu empat hari untuk bisa duduk dan bicara dengan anak-anak……!”, demikian kalimat dengan intonasi tinggi namun memelas dari salah satu topik ceramah Bunda Elly Risman, psikolog yang concern dalam bidang parenting terkait pornografi.
Berulang-ulang emosi beliau tak tertahan. Sepanjang ceramah bahkan sempat beberapa kali tercekat hingga meneteskan air mata. Elly Risman adalah seorang ibu sekaligus nenek yang sedang ketakutan terhadap satu hal mendasar. Beliau tengah merisaukan adanya bencana pornografi yang sedang menimpa anak-anak Indonesia, usia anak hingga remaja.
Dipaparkannya kisah demi kisah mengerikan yang sedang menimpa anak-anak kita. Nyaris tak ada lagi tempat aman bagi mereka untuk berkegiatan. Di Aceh sempat terungkap seorang bocah usia 6 tahun melakukan sex dengan bocah yang juga berusia 6 tahun. Di daerah yang sama, seorang remaja SMP melakukan hubungan sex dengan pelajar SMA dan yang lebih miris adalah kabar seorang ustadz yang menggauli santrinya.
“Engga ada lagi tempat yang aman bagi anak-anak kita…”, desah kegalauannya makin menyeruak.
Saya speechless manakala beliau bercerita tentang hasil risetnya. Surveynya terhadap berita on line tentang pornografi dan kejahatan sex, menghasilkan sesuatu yang cukup mencengangkan. Pebruari 2015 saja (saat dikemukakan), perkosaan terjadi di 34 Propinsi, Incest di 25 Propinsi dan kejahatan sex yang dilakukan di Sekolah terjadi di 27 Propinsi.”
Kemanakah para orang tua? Kemanakah Ayah dan juga ibu? Sehingga anak-anak kita "dijahatin gadget" dan kita tidak tahu. Mengapa harus kedua orang tua meninggalkan rumah, menghindari pekerjaan mulia sebagai baby sitter-Nya Allah, sibuk di luar dan lalu men-sub kontrakkan pekerjaan pengasuhan kepada sekolah atau yang lainnya? Apa tidak akan diminta pertanggungjawaban kita nanti?
“Dahulu orang malu ke Dolly, tapi hari ini jalur ke Dolly dibuat ke rumah Anda dan Anda tidak sadari ini…?”
"Pornografi masuk ke rumah Anda dengan agresif, murah, mudah dan Anda tidak menyadari ini sebagai bencana?
Apabila bencana itu menimpa keluarga kita, menimpa anak-anak kita yang kurang mampu…. BPJS belum mau menanggung karena Depkes belum menganggap pornografi sebagai bencana (padahal ini bencana). Diperlukan 12 kali teraphy bagi korban, bagi pelaku dan juga bagi orang tua korban maupun orang tua pelaku kejahatan sex anak-anak/remaja. Sebab mereka pasti mengalami shock, atau sakit dan memerlukan pertolongan.
Siapa yang membiayai ini? Siapaaa…..?
Pertanyaan-pertanyaan melengking itu tak mampu saya jawab. Satu-satunya hal yang hari ini bisa saya lakukan adalah meneruskan pengetahuan ini kepada Anda. Mari kita jaga anak-anak kita. Kita kerjakan amanah ini dengan sungguh-sungguh. Mereka terlahir suci, bersih dan kita kerap tanpa sadar mengotori mereka. Kita mulai dari lingkungan di rumah sendiri saja dulu.