Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wahai Ditjen DIKTI! Ada Para Orang Tua yang Nyesek Gara-gara UKT

24 Juli 2015   12:30 Diperbarui: 24 Juli 2015   12:30 2026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Lhah terus? Mau bapak?”

“Itu dia! Saya harus kemana? Ke Ditjen DIKTI atau ke YLKI? Apa memang harus begitu ya yang namanya UKT? Padahal Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana Pada Perguruan Tinggi Negeri harus diselenggarakan dengan prinsip adil, akuntabel dan transparan. Kalau begini, letak adilnya dimana coba? Kesempatan saya untuk membayar Rp 2,5 juta tidak diberi ruang sama sekali! Dan bukan hanya saya loh! Catet! Banyak yang mengalami kejadian begini!”

“Lhah sudah..mbok banding aja!”

“Di sinilah masalahnya! Unair, ITS yang sudah lama Negeri saja masih memberikan hak kepada orang tua untuk banding dan membicarakan keadaan ekonomi orang tua yang sesunguhnya. Lhah di sini, kami sudah nanya-nanya, malah diberi informasi ngga ada banding-bandingan. Yang diwawancara si anak, calon mahasiswa. Orang tua tidak diberi kesempatan untuk masuk. Katanya kalau kami keberatan disuruh urus kartu GAKIN aja…”

“Lhah mbok sudah urus GAKIN aja…”

“Ibu ngga pernah mengalami bagaimana rasanya ngurus GAKIN, sih! Selama KTP bunyi ‘Dosen’, mana ada orang percaya ada dosen miskin, walaupun sebenarnya memang miskin? Lagian, saya juga ngga mau jadi beban pemerintah, saya sanggup kok bayar Rp 2,5 juta per semester. Hanya kemana saya harus minta tolong menyuarakan ini??”

“Kalau saya tulis di Kompasiana gimana?”

“Baiklah…! Tolong ya bu! Semoga pihak yang berwenang mendengar ini. Ini bukan persoalan saya seorang diri. Ini persoalan para orang tua. Persoalan kami yang merasa hak kami dan kesempatan kami dipotong, di cut, tidak diberi ruang.”

Finally, jadilah artikel ini. Semoga yang berwenang mendengar jeritan para orang tua yang kemampuan bayar UKT nya ada di kisaran di atas Rp 1 juta hingga kurang dari  Rp 4 juta. Kasihan anak-anak kita, sudah berjuang bisa diterima di Negeri, masa harus mengundurkan diri gara-gara hak UKT nya diloncati?

Terima kasih Allah, Tuhan Yang Esa dan semua yang telah menginspirasi. Salam bahagia dan terus berkarya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun