Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kualitas Asli Jiwa (4): Mandi dan Makan Itu Penting!

16 Januari 2014   17:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:46 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam KAJ-3, mas Joko berkomen menarik. “Mungkin kita cenderung merendahkan badan dan meninggikan jiwa, padahal dua-duanya sama-sama penting, saling membutuhkan dan melengkapi”, katanya. Tentu saja saya sepakat. Bukti kesepakatan itu ada dalam tulisan Cantik Fisik Itu Tak Penting, Oh Ya?”, yang sempat menjadi HL, tahun 2012. Di situ, saya bicara bahwa cantik fisik itu penting.

Hanya saja, pembelajaran kali ini lebih detail, meskipun sama-sama berangkat dari pemahaman tentang sang jiwa.

Bila saya tahu bahwa saya sejatinya adalah jiwa, saya mengerti bagaimana seharusnya memperlakukan badan sebagai wadah sang jiwa. Sejak mengerti bahwa saya adalah jiwa, saya mengerti perbedaan nyata antara eating (makan)dan feeding (memberi makan).

Eating tidak perlu berpikir. Sedang feeding mengajari saya berpikir, siapa sejatinya yang sedang saya beri makan, apakah iya yang saya masukkan ke mulut saya adalah benar-benar dibutuhkan oleh saya (dan juga badan saya).

Jujur, saya terkejut saat pertama tahu bahwa saya yang sejati ini adalah roh/jiwa yang dibungkus badan. Butuh kefokusan dan keheningan untuk menerima kenyataan ini. Ini lantas mengantar saya belajar tentang kualitas asli, yaitu damai, cinta, bahagia, murni/suci/tulus, bebas dan benar. Roh tidak punya kebencian/kesakitan/kekecewaan kecuali ia terkuasai oleh ego, amarah, keterikatan, keserakahan dan nafsu buruk.

Membahas pentingnya perhatian terhadap badan, saya harus bicara dari salah satu kualitas saja, yaitu pure, dalam pengertian “suci”.

Jika saya mengerti bahwa badan adalah “rumah” untuk jiwa yang suci, maka saya tahu bagaimana layaknya merawat badan. Badan harus dijaga kebersihannya supaya nyaman dan damai untuk ditinggali sang jiwa, agar tidak cepat rusak dan lalu roboh. Jika sampai rumah saya rusak dan roboh, saya harus tinggal dimana? Mau tidak mau, saya harus “pergi”, bukan?

Selanjutnya, jika saya tahu bahwa badan adalah kendaraan yang membantu sang jiwa berkegiatan, maka saya pasti memperhatikan keadaannya/merawatnya agar tidak mogok.

Mandi dan makan adalah bentuk perhatian terhadap wadah sang jiwa. Bila Kualitas Asli Jiwa telah disadari, maka, mandi dan makan pun, akan menjadi sebuah aktivitas yang “suci” tapi tetap menyenangkan. Mandi menjadi tidak lagi malas atau ditunda-tunda. Mandi dilakukan layaknya membersihkan “rumah ibadah”, sebab mandi adalah membersihkan rumah tinggal bagi sang jiwa.

Demikian juga makan. Tujuan makan adalah memberi makan pada badan yang mengantar jiwa kemana-mana. Bila ini dimengerti, maka makan pun dilakukan dengan hati-hati/tidak sembrono.

Jadi mas Joko, kita sepakat bahwa jiwa dan badan, sama pentingnya. Hanya saja, saya menulisnya memang bertahap, sesuai cara belajar saya. Sengaja belajar saya melalui tahapan-tahapan:

Pertama, saya belajar mengerti dulu siapa sejatinya saya. Ke dua, saya belajar mengerti kualitas asli saya (Kualitas Asli Jiwa). Ke tiga, saya belajar selalu mengingat kualitas asli saya, agar kepalsuan-kepalsuan bisa saya kendalikan. Bukan sebaliknya, justru dikendalikan oleh kepalsuan-kepalsuan.

Manakala ketiga tahap ini bisa dipahami, responsibility menjadi meningkat. Responsibility saya pahami sebagai ability to response (kemampuan merespon). Benar saja, ketika saya belajar memahami 3 tahapan ini, saya menjadi lebih bisa damai dalam merespon setiap kejadian yang tidak membahagiakan. (Bukan berarti saya tak jatuh bangun mempelajari ini).

Bagaimanapun ribet dan ributnya situasi, bagaimanapun chaosnya keadaan di luar diri, jiwa yang sadar jiwa, mampu tidak panik. Ia tak mudah blaming (menyalah-nyalahkan orang lain/situasi). Yang sadar jiwa, ia bisa tetap merasa damai saja. Secara bertahap pula, urusan “pembungkus” menjadi lebih mudah diatasi, termasuk urusan badan sebagai wadah.

Bila jiwa ingat bahwa ia aslinya murni, maka ia sensitif terhadap hati, pikiran dan juga badannya sendiri yang mungkin mulai sedikit kotor/bau. Bila jiwa sadar bahwa ia aslinya adalah bahagia, maka ia tak kan berlama-lama berduka. Bila jiwa sadar bahwa aslinya ia adalah damai, maka ia enggan terkontaminasi kebencian, kedengkian dan balas dendam. Ia tidak bersyukur atas penderitaan jiwa lain sedang “lupa diri”.

Bila jiwa ingat bahwa aslinya ia adalah (roh yang) bebas, maka ia tidak mudah sakit/kecewa. Yang sadar jiwa, ia tahu bahwa kecewa/marah adalah akibat keterikatan. Bila sampai roh merasa kesakitan, itu pasti telah terjadi keterikatan yang mendalam. Dan ini adalah kekeliruan! Sebab roh, harusnya tidak terikat.

Bila jiwa ingat bahwa ia punya kualitas truth/benar, maka ia terus berupaya selalu terhubung dengan Yang Maha Benar.

Inilah pentingnya kesadaran jiwa. Sadar jiwa adalah sadar akan Kualitas Asli Jiwa. Supaya tidak mudah “terkecoh” lalu dikuasai maya/kepalsuan. Apakah kepalsuan itu? Ego, amarah, serakah, keterikatan dan nafsu. Mengapa disebut palsu? Sebab mereka bukan kualitas asli sang jiwa. Mereka semua, adalah kualitas palsu.

Sementara, sampai di sini dulu, semoga sambungannya bisa ditulis kemudian.

Terima kasih sudah membaca. Terima kasih kepada Allah Yang Maha Mendidik. Terima kasih kepada semuanya, para guru yang sudah menginspirasi. Salam bahagia dan terus berkarya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun