Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Setiap Manusia Penting Bagi Tuhan…

16 Desember 2012   08:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:33 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang mahasiswa yang juga karyawan tetap tetap sebuah perusahaan mengeluhkan pekerjaannya yang hilang dengan adanya pembaharuan system. Ia dipindahkan ke bagian lain mengerjakan pekerjaan yang sama sekali baru dan tidak menarik baginya.

“Ibu, sebenarnya saya tidak menyukai hal seperti ini. Bagi saya ini sama saja dengan mengusir saya secara halus. Sungguh, saya ingin keluar saja. Saya sudah mengajukan permintaan agar atasan saya memecat saya saja dari pada memperlakukan saya seperti itu”, ceritanya dalam kesempatan chatting dengan saya.

“Lalu, apa jawab atasan Anda?”, Tanya saya.

“Ia bilang, tidak mungkin memecat saya. Saya memang harus dipekerjakan untuk pekerjaan baru tersebut. Saya tahu, ia menghindarimengeluarkan dana pesangon bila memecat saya. Setelah permintaan saya itu, sekarang saya merasa sangat tidak nyaman berada di tempat kerja. Atasan saya menjadi cuek dan tidak menganggap saya ada. Apa yang harus saya lakukan, ibu?”

Tidak ada yang harus Anda lakukan. Kecuali menerima pekerjaan baru, bila memang Anda tidak bersedia mengambil risiko keluar tanpa pesangon. Mengambil keputusan meninggalkan perusahaan hanya berlaku bagi orang yang bersedia mengambil risiko dan mempunyai “daya tawar” yang bagus atas kualitas dirinya. Orang-orang yang berkualitas, punya daya tawar. Mereka tidak pernah terganggu, betapapun barunya kebijakan dan aturan perusahaan. Oleh karena itu, pelajari apa yang harus dipelajari sampai mengalami peningkatan kualitas diri yang berarti, hingga Anda menjadi, punya daya tawar. “

“Begitu ya, bu? Tapi saya merasa bahwa ada sesuatu yang lain dibalik ini semua. Ada orang-orang yang tidak menyukai saya. Tidak menyukai prestasi saya di kantor. Sehingga, terjadi intrik-intrik”.

“Wah... kalau intrik, iri, dengki dan lain-lain soal psikis, memang bisa saja terjadi dalam organisasi. Tidak ada satu teori yang cocok/sanggup menyelesaikan seluruh persoalan-persoalan psikis organisasi. Persoalan-persoalan psikis sebenarnya bisa dijawab/diselesaikan melalui kitab suci. Banyak orang nampak seperti beragama, namun lebih suka menyelesaikan persoalan dengan menjauh dari ajaran yang sudah jelas tertera dalam kitab suci.”

“Hmm..begitu ya, bu?”

“Ya, begitu menurut pandangan saya. Sesungguhnya bila kita bersedia membaca dan paham ISI kitab suci, maka tidak perlu kemana-mana untuk mencari solusi atas persoalan-persoalan psikis (organisasi) yang tidak mampu dimengerti”

“Omong-omong, Ibu pernah ngga? Dianggap TIDAK PENTING oleh orang lain?”

“Pernah. Dan yang membuat saya bangkit untuk terus belajar adalah, saya begitu yakin, bahwa setiap manusia penting bagi Tuhan. Bila saya berpandangan bahwa setiap manusia penting bagi Tuhan, setidaknya, itu jadi pengingat, agar saya hati-hati memperlakukan manusia lainnya. Meski saya sendiri masih beberapa kali‘terpeleset’ dalam pergaulan”.

Itu hanya bincang ringan saya dengan salah satu mahasiswa yang juga bekerja. Semoga tulisan saya ini menginspirasi pembaca.

Terakhir. Jika boleh saya bertanya, “Apakah saat ini pembaca merasa penting bagi Tuhan? Jika penting, lalu apa yang akan pembaca lakukan? Dan bila tidak penting, lalu apa yang akan pembaca lakukan…?”

Terima kasih sudah membaca. Terima kasih Allah SWT. Terima kasih pada semua yang menginspirasi. Salam bahagia dan terus berkarya!

Catatan "kaki":

Test...test..uji coba rekaman "spiritual leadership" bersama saya http://www.youtube.com/watch?v=Ei5Pdh9EvY4

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun