Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kita Boyong Saja Warga Palestin ke Indonesia

20 November 2012   23:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:58 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabar terakhir yang sedang hot, adalah perang Israel-Palestina. Konflik di jalur Gaza ini bukanlah berita baru dan bukan sekali ini terjadi. Bahkan hampir tiap tahun, berita ini mendapat perhatian dunia.

Banyak status FB menulis keprihatinan terhadap soal perang yang tidak berkesudahan ini. Bahkan dalam khotbah jum'at an pun, ini menjadi issue yang menarik bagi para ustadz untuk disampaikan kepada jama'ah. Juga hampir setiap stasion televisi menayangkan berita serangan itu. Bukan sekedar menayangkan, tetapi juga menghadirkan para pakar untuk mendiskusikan apa jalan keluar yang dapat dilakukan. Saya menonton dan mendengarkan dengan khidmat, apa yang mereka diskusikan. Makin saya tonton, makin saya bingung.

Sebagian besar warga dunia menaruh simpati kepada nasib Palestina. Dialog sudah dilakukan, perjanjian, kesepakatan dan peringatan pun sudah, namun tetap saja dilanggar oleh Israel. Perang tak kunjung berakhir. Laten. Setiap saat dapat meledak dan mengguncang perhatian dunia. Tentu saja bagi media, ini adalah berita yang punya nilai jual tinggi dan berkah rizki bagi "pakar baru" . Tiap konflik ini muncul, selalu saja ada orang baru yang muncul ke permukaan dan diberi gelar "pakar dan pengamat", yang bicara soal konflik, meskipun ia tak pernah menginjak bumi Israel/Palestine.

Diskusi para pakar dari jaman ke jaman, tidak bermakna apa-apa apabila tak disertai tindakan nyata. Berita soal perang ini, sudah diulang-ulang. Berapapun jumlah provokasi kecaman, tidak akan menghentikan perang, jika yang berperang tak punya kesediaan untuk menghentikan. Coba tanya saja kepada Palestina, apa mereka betul-betul butuh pertolongan dan mau ditolong? Kalau memang butuh dan ingin ditolong, ya mari kita tolong. Mari kita berbagi Indonesia. Penduduk Palestine hanya 11 juta. Hanya butuh satu pulau saja kok.

Mari kita boyong warga Palestine ke Indonesia. Beri satu saja pulau yang kita punya. Layaknya seorang ibu menyelamatkan anak-anaknya. Bukankah, kata orang Jawa, "kono kene bumine Pengeran" (seluruh bumi milik Allah).

Sebagian besar kita mengecam tindakan Israel dan prihatin akan penderitaan saudara kita di Palestina. Jika kita mengaku bahwa mereka saudara kita. Mari berbagi bumi dan pulau. berbagi makan, berbagi rizki, berbagi rumah tinggal dan berbagi negeri tempat tinggal kita ini. Ayo adakan gerakan, satu orang "menampung" satu warga Palestina. Sanggupkah? Bersediakah?

Barangkali ada yang berkata, "masalahnya, belum tentu juga rakyat Palestina mau meninggalkan tanahnya. Mereka akan mempertahankan mati-matian, tanah yang diyakini adalah tanahnya".

Jika demikian, entah kapan perang akan usai. Ini artikel pernah saya tulis tahun 2010. Dan hari ini peristiwa sadis ini terulang. Dan akan selamanya berulang. Ini bukti kekakuan hati para penguasa. Sama-sama tak bersedia menghentikan kebiadaban.

Tidak seluruh Israel menyetujui dan menyukai peperangan. Rasanya, kita tidak harus menjadi tidak fair dan menutup mata telinga untuk sebuah kebenaran. Ada juga anak-anak dan perempuan Israel yang menderita traumatik karena jadi korban perang.

Terlalu sering kita berkata-kata bahwa kita adalah orang yang beragama. Kita juga terlalu sering berjanji bahwa hidup mati hanya untuk dan karena Allah?

Maka ini saatnya membuktikan. Bahwa harta kekayaan tak akan dibawa mati. Kita tinggalkan saja Israel dan tanah Palestina yang dikehendaki Israel. Tak ada salahnya berbagi yang kita punya, kalau memang betul kita punya empati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun