Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tulisan Jadi HL (Head Line), Mau?

22 September 2012   12:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:54 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu,-

“Siapa berjalan ke luar ia bermimpi, dan yang mau berjalan ke dalam, ia terjaga” (Carl Jung)

Ini khusus bagi yang belum pernah HL/trending dan ingin tahu rahasianya. Bukan yang lain.

Dulu, trending dikenal sebagai TEREKOMENDASI. Hmm...jaman memang harus berubah. Yang ndak nge-trend, ya ngga jadi trending. Sebab prinsip trending itu harus aktual, harus hangat. Bila sudah tak hangat/basi, harus dihangatkan. Salah satunya dengan taktik memain-mainkan judul dan isi.

Kemarin, saya dan guru, bincang-bincang soal menulis di sini. Saya bertanya tentang berapa kali tulisannya jadi HL.

Sambil tersenyum, dia menjawab, “hehe..cuma tiga”.

Terus saya tanya berapa yang trending. Dijawab, “satu sepertinya..."

Hmm... dari 1075 artikel, pernah 3 jadi HL dan 1 trending. Padahal di luar sana, buku karyanya digemari dan sungguh bernilai.

Jika ada tulisan tidak HL/Trending, pasti ada sebab. Yaitu, tidak cocok dengan selera admin.

Beda selera, beda sudut pandang. Satu kesalahan guru (maaf) adalah mengira bahwa tulisannya merupakan sesuatu yang penting, sedang admin menilainya bukan sesuatu yang penting untuk dibicarakan, apalagi diketahui banyak pembaca. (Ini bisa terjadi pada siapa saja. Mengira hal-hal penting sebagai hal yang tidak penting)

Adakah RAHASIA, agar tulisan bisa jadi HL/Terekomendasi? Ada! Setidaknya, ini pengalaman saya. Saya baru dapat menarik simpulan belakangan. Ada dua wilayah. Wilayah isi dan wilayah judul.

Tentang isi tulisan. Inilah model tulisan-tulisan yang mendekati kualifikasi HL/Trending:


  1. Menuliskesombongan” dengan bersemangat. Ketika saya berbinar-binar menceritakan pengalaman yang saya nilai sebagai sebuah keberhasilan yang harus disebarluaskan, produk tulisannya pasti menjadi HL. Contoh: Pengalamanku Menjadi Orang Tua. (Sombong dan sharing memang beda tipis, tapi tidak perlu diambil hati).
  2. Menulis sesuatu perlawanan/pembangkangan. Ketika saya berani “menampar” DIKTI, lewat sebuah judul “Dikti Menampar Perguruan Tinggi Gurem”, admin menjadikannya “Terekomendasi”. Hari-hari berikutnya, beberapa tulisan tiba-tiba (latah) ikut menggunakan kata “tampar-menampar”. Dan semuanya jadi HL/Terekomendasi. (Berani dan kurang ajar, juga beda tipis).
  3. Menulis menggurui. Ketika saya menggurui para pintar bergelar-gelar namun hobby saling caci dan saling menyalahkan, saya menulis “Yang Bergelar Belum Tentu Terpelajar”. Ini kemudian juga jadi HL.
  4. Menulis “Nyinyir”. Nyinyir adalah bentuk ketidaksukaan terhadap keberhasilan orang lain. Nyinyir juga tidak menyukai pilihan-pilihan orang lain. “Tulisan nyinyir” saya yang pernah HL adalah, “ Inilah Prestasi Gemilang Mendiknas...”. Waktu itu, Diknas meng-klaim dirinya berhasil untuk program UNAS. Saya tidak terima. “Nyinyir” sering nampak seperti “cerdas”. Memang bedanya cukup tipis.
  5. Menulis mencari pembenaran/melawan arus. Menulis yang tidak biasa disetujui orang pada umumnya. Ketika saya menulis “Saya bercerai karena kami bukan jodoh”, saya tahu bakal banyak orang yang tidak setuju. Sebab pernikahan itu bukan barang mainan. Namun saya tetap saja menulis. Jadilah Terekomendasi. Dan benar saja tulisan ini menjadi “bahan pertengkaran”.

Lalu bagaimana dengan membuat judul?

Bila ingin HL/TRENDING, Judul harus bisa membuat admin terhenyak! Bahasa kerennya, eye catching! Judul harus sexy/menggairahkan/ menohok/ekstrim/sombong/memusuhi/full mendukung kebijakan/full melawan kebijakan/full membangkang/ full pamer .

Membuat judul Jangan setengah-setengah! Kalau berani, ya berani sekalian! Jangan tanggung!

Tulisan berjudul biasa saja/tidak heboh, meskipun isinya sangat dalam, tidak akan merangsang gairah admin untuk meng-HL atau men- trending-kan. (bahasa apa ya? hehe)

Ketika pertama kali HL, saya kemudian gemar bermain di dua wilayah itu. Namun kemudian saya terjerat dalam ranjau. Mendadak tulisan-tulisan saya menjadi HL-HL dan Terekomendasi. Menjadi HL/ Terekomendasi memang menggembirakan kala itu. Kehidupan saya berubah dalam sekejap. Mendadak hidup ini harus selalu rindu berkompasiana saja. Yang lain, cukup sedikit saja diperhatikan.

Pujian, tepuk tangan dan sapaan, komen-komen, simpatisan baru, hadir berlimpah-limpah dalam waktu singkat saja. Inilah “kuasa motivasi”. “Saya menjadi terbakar”.

Saya “terbakar” lalu menulis, menulis dan menulis lagi. Bukan karena saya ingin menulis, tapi karena dunia telah membakar saya. Saya menjadi “berubah warna”, berkejar-kejaran dengan derasnya arus informasi destruktif. Saya merasa harus membaca berpuluh-puluh artikel dan memelototi diskusi para pakar, baik di kompasiana maupun di televisi. Demikian, setiap hari.

Saya mendadak merasa wajib mengikuti perkembangan (jaman/info). Padahal “perkembangan” itu, belum tentu penting/relevan dengan kehidupan saya saat itu dan nanti. Saya perhatikan diri saya telah berubah jauh sekali.

Saya berubah menjadi manusia “nyinyir” terhadap apa yang saya lihat, juga terhadap apa yang saya dengar. Saya berubah menjadi sombong, terus menerus gemar bercerita tentang keberhasilan saya sekaligus bercerita tentang kekurangan orang lain. Parahnya, saya hampir tak pernah bercerita tentang kelemahan dan kekurangan saya.

Ini melelahkan, hingga akhirnya, saya kembali menulis sewajarnya saja, seperti yang guru ajarkan. Tidak ingin disetir oleh hingar-bingar segala yang berpotensi menaikkan tensi. Saya tidak sedang membicarakan orang lain, tapi diri sendiri.

Jadi?

Selamat weekend! Terima kasih sudah membaca. Terima kasih Allah SWT. Terima kasih kepada seluruh kompasianer yang ingin coba-coba jadi HL/Trending. Itu tadi sebagian saja rahasianya. Salam bahagia dan terus berkarya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun