Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dignity (Kemuliaan)

4 April 2011   23:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:07 1929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Menjelang subuh, saya mendapat kabar baru. Dan seperti biasa, melalui up date stratus seorang kawan.


  • Cinta tu kayak Jaelangkung, datang tak dijemput pulang tak diantar. Cinta itu “sundel bolong”, di depan baik, di belakang suka bo’ong.”
  • Saya tidak tahu persis apakah yang ditulis adalah merupakan reaksi dari tulisan-tulisan saya sebelumnya tentang “life is and an adventure” dan “CINTA”, atau dia memang sedang teringat masa lalunya.
  • Jika yang dia tulis itu merupakan representasi perasaannya yang pernah dikecewakan oeh cinta, maka ini berita bagus bagi saya untuk menulis tentang sebuah keadaan diri yang sangat indah, yaitu dignity”. What is dignity?

  • Sudah saya re-check kamus. Makna dignity adalah harga diri, kewibawaan, martabat, keluhuran, keagungan dan kemuliaan. Saya mengajak anda membaca ulang, secara perlahan-lahan. Makna dignity adalah harga diri, kewibawaan, martabat, keluhuran, keagungan dan kemuliaan. Lalu apa kaitannya dengan cinta?

  • Jika jatuh cinta dan mencintai, keluar dari koridor “cinta tanpa syarat” atau “cinta karena Allah”, insyaallah memang tidak akan pernah terbebas dari rasa sakit.
  • Dan rasa sakit itu, bukan dari siapa-siapa. Bukan dari seseorang atau kekasih yang dicintainya, tetapi datang dari diri sendiri yang keliru memaknai kata cinta. Artinya, definisi cinta itu telah direduksi, diturunkan, dikurangi dan dijauhkan dari koridor yang seharusnya.

  • Cinta akan terus menyakiti dan bahkanmembunuh, jika mengikuti arus pikiran mereka yang cintanya sangat penuh syarat.
  • And I convince you, most people do that! Banyak orang seperti itu. Tetapi saya berdo’a, pembaca tulisan-tulisan saya adalah termasuk yang sedikit.
  • Sebab, memang masih sedikit sosok yang berani belajar mencintai dalam koridor “cinta karena Allah”. Yang mengatakan “cinta karena Allah”, memang sudah banyak, tetapi yang memberlakukan dalam jalan hidupnya, masih sangat sedikit.

  • Yang sedikit itu berprinsip, apapun yang terjadi, yang ada hanya “kesyukuran” dan “penuh syukur”. Mengapa? Sebab apapun dan siapapun diluar, adalah guru. Guru adalah mereka yang mengajarkan dan mengajari kita hal-hal yang tidak kita pahami.

  • Bagi yang sedang sakit karena cinta, atau bagi yang sekarat hampir terbunuh oleh cinta. Saya ingin bertanya,.

  • Siapa yang berani menyakiti anda sehebat itu kalau bukan orang yang anda cintai dengan penuh syarat?

  • Saya ulang lagi, siapa yang berani sehebat itu menyakiti anda, kalau bukan orang yang anda kasihi dan cintai dengan penuh syarat?

  • Dan siapapun, apalagi yang berani menyakiti anda sehebat itu, adalah guru.
  • Ia mengajari anda, apa yang tadi saya sebut sebagai dignity.
  • Ia mengajari anda kemuliaan, kewibawaan, keluhuran, keagungan, martabat.
  • Ia mengajari anda cara-cara bagaimana menghargai dan menghormati diri sendiri.

Salam bahagia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun