Kancil bergeming. Pandangan matanya menuju ke arah timun ranum hijau besar yang dipegang Tupai coklat berekor keemasan. Kancil bertanya lagi:
“Hai, Tupai. Kenapa kamu makan timun?”
“Bukankah kamu seharusnya makan kelapa di atas sana” lanjut Kancil sambil mengarahkan tangannya ke atas menuju ke arah pohon kelapa yang berada tak jauh dari situ. Tupai ekor keemasan pun mengarahkan pandangannya ke pohon kelapa. Mengetahui salah satu temannya tidak lagi mengambil timun, gerombolan Tupai lainnya menghentikan aksinya memakan timun dan mulai menyimak Kancil. Mereka berdiri mengelilingi Kancil.
Maka Kancil pun berkata:
“Hai, para Tupai. Kalian kan tahu kalau timun itu adalah makananku.”
Tupai dengan bulu coklat bergaris putih bersuara penuh selidik. “Lantas, kenapa?” tanyanya.
Dengan tenang dan tanpa ragu Kancil pun menjawab:
“Begini. Aku beri tebakan. Jika kamu bisa jawab, kamu dan teman-temanmu boleh makan kelapa dan timun itu sepuasnya. Aku berjanji, aku tak akan makan timun lagi seumur hidupku.”
Para Tupai termasuk Tupai ekor keemasan nampak berpikir. Tiba-tiba Tupai coklat bergaris putih bersuara lagi.
“Bukankah kita bisa berbagi timun di satu ladang ini?”
“Ya…Ya…Ya…” Terdengar riuh sahutan pertanda setuju dari teman-teman Tupainya yang lain.