Kancil menggeleng.
“Tupai yang baik, bukankah kalian tahu, bahwa tak ada dua dalang dalam satu kisah?” seloroh Kancil.
Akhirnya, Tupai menyetujui keinginan Kancil.
“Baiklah. Apa tebakannya?” tanya Tupai ekor keemasan.
Kancil pun bersemangat. Ia pun meminta para Tupai menyimak tebakannya dengan baik.
“Tebakanku adalah lebih cepat mana, dengan gigi depan atau gigi belakang jika kita makan timun?”
Itulah tebakan Kancil. Tupai ekor keemasan yang menjadi juru bicara para Tupai memutar otaknya. Ia melirik temannya yang masih makan timun, mengunyah dengan gigi bagian depan. Tapi dia masih belum yakin. Dia belum pernah melihat teman-temannya memakan timun dengan gigi belakang. Bisa saja lebih cepat kan? Nah, kalau tebakan si Tupai salah maka timun-timun ranum itu akan jadi milim Kancil. Tupai tak mau hal itu terjadi. Maka ia pun tetap memeras otaknya untuk memberikan jawaban yang tepat. Melihat Tupai tak segera menjawab, Kancil pun bertanya lagi.
“Cepat mana?”
Bingung. Akhirnya Tupai ekor keemasan menjawab.
“Susah betul tebakanmu, Cil.”
“Apakah kau mau membantuku mencari tahu jawaban tebakanmu?” tanya Tupai kemudian.