Mahasiswa KKN MIT DR XII Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang gelar acara Webinar Relasi Agama dan Kesehatan pada Rabu (11/08/2021). Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh kelompok 41 melalui kanal Zoom Meeting.
Acara tersebut dimulai pukul 09.00 WIB -- selesai, dan diikuti oleh anggota KKN kelompok 41 sendiri dan juga mahasiswa lain ditambah dengan pemuda pemudi dan masyarakat.
Webinar bertajuk "Eksistensi Wanita dimasa Pandemi : Mengubah Tantangan Menjadi Kekuatan" bertujuan untuk mengetahui peranan perempuan pada masa pandemi. Acara Talk Show ini menghadirkan ibu Titik Rahmawati M.Ag dan ibu Dewi Khurun Aini, M.A yang keduanya merupakan dosen Uin Walisongo, dan sebagai narasumber dalam acara tersebut.
"Keluarga sebagai lembaga sosial yang paling kecil memiliki peran sentral dalam menjaga keberlangsungan kehidupan manusia, terkadang  di dalam keluarga perbedaan jenis kelamin digunakan untuk membeda-bedakan hak laki-laki dan perempuan". Ujar ibu Titik
"Di dalam keluarga siapa berperan apa itu diatur dengan kesepakatan, apalagi dimasa pandemi seperti sekarang ini pembagian peran sangatlah penting jangan sampai terjadi kesenjangan, menerapkan mindset bahwa pekerjaan rumah harus dilakukan bersama tidak melulu oleh Ibu, kodrat perempuan yang tidak bisa digantikan adalah melahirkan dan menyusui". Imbuhnya.
Kemudian menurut ibu Dewi Khurun Aini bahwa dimasa pandemic perempuan memikul beban lebih berat, dimasa pandemi semua mengalami dampak namun dalam tubuh perempuan dibebankan berlipat dan berlapis permasalahan.
"Masalah yang dihadapi perempuan diantaranya: mengalami penurunan sumber pendapatan, mengalami peningkatan stress dan kecemasan, perempuan harus menghabiskan lebih banyak waktu mengerjakan pekerjaan rumah sekaligus mengajar anak dirumah, kemudian resiko dari dampak pembatasan sosial yang membawa perempuan mengalami KDRT". Kata ibu Dewi
"Tercatat 1 dari setiap 3 perempuan usia 15-64 tahun pernah mengalami kekerasan fisik/seksual, 1 dari 4 perempuan yang pernah/sedang menikah pernah mengalami kekerasan berbasis ekonomi, kemudian 1 dari 5 perempuan yang pernah/sedang menikah mengalami kekerasan psikis". Tambah ibu Dewi