Anggi, aku sangat kesal. Barusan masak aku baca ya, ada seorang ayah dengan teganya membunuh anak kandungnya dengan cara licik. Sangat licik. Bahkan ayah ini menggunakan adik perempuannya untuk memberikan racun buatannya sendiri pada sang kakak sampai akhirnya si kakak tak bernafas lagi. Koq bisa sih ada manusia yang begitu."
"
Sita mengomel ga jelas pada Anggi sohib karibnya.
Anggi yang sedang asyik melukis, melanjutkan kupu-kupu dan bunga yang tebengkalai lama, lagi-lagi terhenti mendengarkan curhatan temannya.
"Sita, kamu baca kisah mengerikan begitu di buku apa? Serem juga kalau kisah nyata ya."
Sita masih dengan amarah menggebu-gebu kembali bercerita. "Bukan Anggi, aku habis baca novel online yang bersambung itu dan tayang tiap hari di salah satu aplikasi. Cuman beneran aku kesal. Koq ada ya manusia yang begitu."
Anggi menghela nafas lega. Oh hanya kisah fiksi dalam novel ternyata. Anggi berpikir macam-macam deh sebelumnya.
"Iya, efek dosa memang sangat mengerikan koq. Semua orang tahu kalau mereka mau tahu, bahkan hanya dalam novel aja sengeri itu. Btw, kamu baca novel apa sih?"
Anggi jadi ikut penasaran. Biasanya sohibnya hanya baca karya fiksi berupa puisi-puisi singkat karya pemuisi favoritnya.
"Itu novel, apa ya, tapi di dalamnya ada patualangan, kisah keluarga, silat, dan lain-lain. Aku lupa sih judul besarnya. Aku juga baca ga sengaja sih.pas aja bagian itu koq judul babnya tentang tragedi, kan aku penasaran jadi kubaca lah."
"Sambungan ceritanya gimana? Apa yang terjadi kemudian, apa mereka ditangkap polisi?"
Sita menatap Anggi bingung, kenapa ada polisi segala? Ini kan kisah lampau di dunia persilatan, belum ada polisi juga waktu itu.
"Ihh Anggi, apaan sih. Ya belum ada polisi di novel ini. Kan masa lampau."
Anggi senyum-senyum sendiri. Melihat temannya yang tambah kesal dengar komentarnya.
""Kita jadikan fun fiction aja, lanjutkan dengan kisah apik. Jadi anak itu sadar kalau akan diracun dan ga jadi makan racunnya. Kan dia akan tetap bernafas."
Sita hanya geleng-geleng kepala. "Ah Anggi,aku kan lagi tegang, kamu malah ga temenin tegang  tapi ngetawain aku gitu."
"Iya kamu juga ngapain ngomel-ngomel setelah baca novel. Kalau ga sreg, ya ga usah baca aja. Skip. Gampang kan. Dari pada udah baca bikin kamu over thinking. Itu kan cuma cerita fiksi dalam novel. Udah ah aku mau melukis lagi."
Sita hanya diam sambil memperhatikan lukisan indah karya Anggi.
Dalam rwnung terdalamnya, Sita mencoba mengurai kalimat-kalimat Anggi baru saja.
Pantas aja penulis fiksi bisa sesuka hatinya membuat tokoh dalam karyanya itu kehidupannya bagaimana, happy or sad ending, kisah penuh cinta atau kekejaman. Tapi bener juga, itu kan hanya fiksi, kenapa aku harus over tinking ya. Pikir Sita lagi.
....
Written by Ari Budiyanti
#cerpenari
15 Juli 2024
.
11-2.888
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H