penulis favoritmu itu sedang galau deh kayaknya. Aku lihat di karya-karyanya akhir-akhir ini. Kalau ku baca rasanya bikin nangis," Sita bercerita pada sahabat karibnya tentang pengamatannya di Minggu pagi  seperti biasanya, curhat.
"Anggi kamu tahu ga,Anggi menatap sahabatnya dengan tatapan penuh tanya. Penulis favoritnya yang mana? Banyak buku sudah ia baca. Apa maksudnya si pemuisi itu ya?
"Apa maksudmu si penulis puisi itu? Memang kenapa dengan puisi-puisinya? Menurutku sih biasa aja. Nothing different. Aku baca tulisan-tulisan pemuisi lain ya banyak yang tema itu," Anggi menjawab sekaligus mengungkapkan pendapatnya.
"Iya sih. Bener juga. Tapi biasanya kan orang nulis sesuai apa yang menimpanya. Apa dia lagi jatuh cinta dan bertepuk sebelah tangan ya? Puisinya nadanya semua gitu. Aku kan jadi berprasangka. Menurutmu gimana Nggi?" tanya Sita lagi.
"Ajak diskusi nih ceritanya? Sita, jangan terlibat dalam secara pribadi kalau kamu baca karya seni puisi atau cerpen ya. Ini pesanku ke kamu. Dengerin baik-baik. Penulis puisi atau penulis apapun itu karya seni fiksi memang mempunyai kemampuan imajinasi tinggi untuk memfiksikan hal real atau nyata. Tapi tidak selalu mengenai dirinya. Remember that.Â
Kalau mau menikmati puisi ya baca saja. Tapi kalau kamu ga suka puisi-puisi seorang penulis dan bikin kamu baper, saranku di skip aja, iya dilewati. Jangan dibaca. Gampang kan. Tak perlu menuduh ini dan itu. Iya kalau benar, kalau salah?
Kamu yang rugi waktu sendiri mikirin pergumulan penulis itu yang ternyata ga pernah dia alami. Dia hanya menulis saja, karena terinspirasi yang bisa dari banyak sumber. Novel, foto, gambar, peristiwa, apa saja bisa jadi sumber inspirasi juga kan?Â
So jangan baper ya. Baca dan nikmati saja karya-karya dia selagi masih ada."
Anggi agak kesal pada sohibnya yang suka asal dalam memberikan pendapatnya. Untung aja ngomongnya ke dia yang sudah paham bener tentang Sita. Coba ke orang lain, bisa marah mereka.
"Ingat ya. Pendapatmu itu tentang si pemuisi, kamu sampaikan aja ke aku. Jangan ya gembar-gembor ke orang lain. Bisa jadi kabar angin loh," lanjut Anggi.
Sita mengagguk mengerti. Sepertinya sih mengerti. Entah nanti. Kalau dia masih berpikiran sama pada si penulis puisi itu. Bisa berabe kalau sampai orang yang bersangkutan dengar dan Sita kena marah karena mencampuri urusan pribadi orang lain.
Beruntung Sita punya teman yang mengingatkannya. "Berarti, kalau pemuisi ga mention name atau sebut nama, tulisan itu berlaku secara umum ya?Â
Pada umumnya orang akan merasakan apa yang dia tulis. Bukan melulu selalu tentang kehidupan pribadinya ya," kata Sita menyimpulkan. kata Sita menyimpulkan.
"Iya," jawab Anggi singkat.
.....
Written by Ari Budiyanti
26 Mei 2024
Cerpen Ari Budiyanti
39-2.826
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H