Kadang aku berpikir dan merenung. Mengapa ada pedih hati? Mengapa lara terasa menggerogoti hati? Mengapa rasanya perih.Â
Bagaimana jika ternyata semua demi kebaikan? Kebaikan yang diawali rasa perih mendalam. Seolah luka pun semkin bertambah besar. Bernanah. Sungguh pedih.
Begitulah hati yang terluka. Begitulah jiwa yang melara. Meski putaran waktu terus melaju. Terus saja berputar seiring suka dan duka kehidupan. Perjalanan itu tak bisa terhenti.Â
Aku menanyakan ini pada diri yang sedang merasa pedih. Apa yang sanggup kau buat untuk mengalahkan rasa ini? Bagaimana membuat pedih ini terlupa di ujung sana?
Meninggalkannya bukan pilihan tepat. Membalutnya juga tak selalu merupakan cara yang tepat. Kadang, hidup bersamanya sambil terus melangkah adalah pilihan terberat namun harus.Â
Bukankah ini sebuah perjalanan? Tak mungkin diakhiri hanya dengan luka semata. Pedih biarkan belalu seiring waktu.
....
Written by Ari Budiyanti
3 Maret 2024
2-2.756
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H