Dalam hening senja yang telah berganti malam. Tiba-tiba kudengar suara:
"Tidak. Untuk apa?"Â
Kau menatapku lekat penuh tanya. Apa benar? Aku melihat ragu dalam sorot matamu. Memangnya aku harus rindu? Bukankah semua itu perjalanan kehidupan? Ada banyak kejutan tak terbayangkan.Â
Lalu aku berkata-kata pada batin. Dalam gelegar rasa yang tertunda asa. Mengapa masih saja menulis puisi tentang dia kalau tak rindu. Mengapa masih menulis puisi cinta bila tak ada rasa.Â
Aku berusaha memeluk angin yang menerpa wajahku. Dan tak berhasil. Semilirnya terus namun tak bisa kupegang terlebih memeluknya dengan kedua tangan. Yang ada, aku hanya memeluk diriku sendiri.
Rasa padamu mungkin bagaikan angin yang kupeluk. Itu tak bisa dan tak mungkin. Sekuat apapun aku berusaha meramu rindu padamu sesungguhnya semua itu semu dan tak perlu. Mengapa?
Karena kau dan aku tak mungkin bersatu. Jadi jangan tanyakan tentang rindu padaku. Itu sungguh tak perlu dan hanya memberi pilu.
...
Written by Ari Budiyanti