Menatap luasnya hamparan hijau dalam segaris rindu. Berharap ada dirimu di ujung sebelah sana. Tertawa atau setidaknya tersenyum. Aku hanya ingin melihatmu bahagia dan baik-baik saja.
Ah hilang. Itu ternyata hanya bayangan saja. Kau tak ada  dan semakin menggebu rinduku. Kamu di mana? Teriakku dalam batin yang meronta.
Kenapa hadirmu hanya dalam garis rindu? Aku benci mengakui ini. Aku sungguh sangat rindu. Bila saja kau memahami. Ada jiwa yang teramat rindu. Rindu sungguh padamu.
Hati yang membara karena api cinta seolah membakar dedaunan di sekitar. Berjatuhan karena cuaca panas dari dalam kalbu. Bagaimana bisa begitu. Aku sungguh tak tahu.
Dan daun-daun yang gugur menjadi saksi bisu bahwa aku sungguh sangat rindu. Kau yang selalu kuharap ada pada di garis rindu itu.
....
Written by Ari Budiyanti
7 November 2023
Terinspirasi Komentar Ayah Tuah di cerpen karya Mas Mochamad Iqbal.