Saat malam mengganti senja tadi aku melihat rembulan yang terang, benderang bersinar ceria dalam sudut pandangku.Â
Aku melangkah dan menatap rembulan seiring perjalanan. Lalu aku melihat indahnya lukisan di dalamnya. Atau mungkin lebih tepat permukaan rembulan secara kasat mata nampak bak megahnya lukisan alam.
Aku suka. Aku mengagumi gambaran alam dalam wajah rembulan. Senyum mengenbang lebar saat aku makin lekat menatapnya.
Baru kemudian aku mengalihkan pandangan. Mungkin sebenarnya bukan aku menatap tembulan namun sebaliknya. Rembulan malam sedang lekat menatapku. Aku kembali tersenyum.
Kau, mungkin tahu. Betapa aku memikirkanmu. Betapa aku merindukanmu. Namun seolah aku mengawasimu dengan sangat, sejauh hati ini bisa terbawa dan menatapmu.Â
Sebenarnya mungkin saja. Kaulah yang sedang begitu padaku. Apakah benar? Menatap lekat bak rembulan malam. Saat aku tak tahu. Aku tak menyadarinya. Ternyata mungkin hati kita sebenarnya sedang saling menatap, saling memikirkan, dan saling merindu.Â
Mungkin dan hanya mungkin.Â
...
Written by Ari Budiyanti