Mendapati sang kawan sedang melamun, Sita senyum-senyum sendiri. Timbul niat isengnya pada sohib terdekatnya. Pelan-pelan didekatinya tanpa suara. Lalu ditutup kedua mata sohibnya sambil berbisik, "Cinta oh cinta membuatku melamun" dengan nada menyanyi yang alakadarnya.
Kaget, terkejut, dan heran itu yang dirasakan. Diam sejenak  mengambil nafas panjang dan melepaskannya perlahan sekedar usaha menahan amarah. Dia tahu benar ini perbuatan Sita.
"Sita apaan sih," Anggie menahan suaranya kecil agar tidak terdengar orang sekitarnya.Â
"Kamu ngelamunin apa Nggi?" tanya Sita antusias. Anggie hanya menggeleng.Â
"Kamu cemburu ya lihat kedekatan Kak Andi sama, ehm siapa nama temanmu itu?"Â
"Ga ada, cemburu apaan sih." Anggi menyangkali praduga temannya yang sebenarnya benar juga. Tapi buat apa juga cemburu. Pacar aja bukan. Alasan apa yang membuatnya harus cemburu?
Entahlah. Batin Anggie. Teman harusnya tak begitu kan. Bagaimana bisa membuat temannya kesal dengan kedekatan yang tak seharusnya. Kesal tapi ditahan dalam hati. Cemburu? Entahlah.Â
Tiba-tiba Anggie resah sendiri dan galau dengan perasaannya. Kenapa Sita bisa menebak dengan mudah, apa kelihatan sekali ya sikap pun perasaannya di depan sang sohib kata orang sih bestie gitu.Â
Anggie sadar kalau itu tak benar. Tak boleh menyimpan cemburu pada kawan sendiri apalagi sampai menghindarinya. Hanya tak ingin bertengkar. Itu saja. Batin Anggie. Apalagi memutuskan pertemanan hanya karena perasaan tak jelas yang dirasakannya.
Jujur Anggie merasa sedang tidak nyaman aja sekarang  baik dengan Kak Andi ataupun kawan yang tak mau dia sebut nama ke Sita. Biarkan saja begitu. Kalau nanti masanya merasa baik lagi  kan berkawan lagi seperti biasanya.Â
Satu tahun lagi, atau mungkin dua tahun, entah kapan. Anggie tidak terlalu peduli. Terpenting sekarang Anggi tidak mau ambil pusing. Pebih baik kembali saja menulis dan melepas segala resah dalam rangkaian kata. Bukankah itu lebih berguna?
Sita masih di sebelahnya sambil menikmati camilan yang dibawa Anggie ke taman. "Bener, ga mau cerita nih?
Sekali lagi Anggie hanya menggeleng. Lalu mengeluarkan buku puisi dari tas kecilnya, membaca dan hanyut dalam untaian diksi penulisnya.Â
Sita hanya bisa geleng-geleng kepala juga. "Ah Tuhan, semoga Anggie segera bertemu dengan kekasih hati yang sesungguhnya sehingga tidak perlu merasa sedih atah patah hatuiberulang-ulang." Doa Sita dalam hati, tulus untuk sohibnya.
"Anggie, weekend nanti kita ke pantai yuk lihat sunset" Sita paling tahu kebiasaan  dan kesukaan temannya kalau galau. Melihat sunset atau tenggelamnya matahari di jingganya angkasa. Pasti indah dan mengunggah inspirasi.
Kali ini Anggie mengangguk senang dan sebuah senyumin manis menghiasi wajahnya.Â
Sita tertawa, benerkan lagi galau tapi rahasia. Cemburu oh cemburu mengapa kau mengacaukan hati sohibku. Apakah benar cemburu tandanya cinta ya. Batin Sita tanpa mau berucap lagi dan ikutan Anggie membaca buku yang sudah dibawanya ke taman.Â
Membaca buku berdua di taman memang sering mereka lakukan di waktu senggang yang sama. "Jangan galau lama-lama ya Nggie," bisik Sita pada Anggie. Anggie tidak menjawab, hanya membisu menikmati buku puisi koleksinya.
"Mana ada orang mau cemburu, itu kan kadang muncul begitu saja," Anggie berkata-kata dalam hatinya sendiri.
.....
Written by Ari Budiyanti
28 Oktober 2023
18-2.646
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H