Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.953 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 27-10-2024 dengan 2.345 highlights, 17 headlines, 111.175 poin, 1.120 followers, dan 1.301 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mereka Mengingat Kebaikan Hati Kita

8 September 2023   00:00 Diperbarui: 8 September 2023   22:33 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah percakapan ringan siang ini ketika melihat salah satu anak tidak bergegas pulang padahal sudah dijemput di depan.

"Loh, kamu sudah dijemput, kenapa tidak segera pulang?" tanya saya dengan heran.

"Miss, botol minumķu  entah di mana. Kalau aku pulang sekarang dan tanpa botol minumku, aku pasti dimarahi Oma."

"Hilang? Sudah dicari di mana saja? Koq bisa hilang?" Saya ikut membantu mencari di ruangan kelas namun memang tidak ada.

"Miss, mau bantu aku cari ke ruang musik di lantai 3 tidak? Mungkin tertinggal di sana." Dia meminta tolong dengan wajah memelas begitu. 

Seorang teman mendengar dan cepat-cepat menjawab. "Miss, aku ikut mencari ya ke ruang musik." Aku mengangguk.

"Iya, ayo kita cari di ruang musik." Kami bertiga pergi ke ruang musik di lantai tiga yang sudah gelap karena lampu dimatikan saat ruangan sedang tidak digunakan.

Langkah kaki anak kecil lebih cepat dari saya. Mereka sampai lebih dulu di ruang musik sementara saya mengikuti dari belakang."Kalau ruang musik gelap, nyalakan dulu lampunya." Kata saya dari belakamg mereka.

Temannya yang lebih kecil, adik kelas tepatnya, dengan sigap dan cepat menyalakan lampu dan benar botol minum itu ada di dekat dinding. Rupanya dia lupa turun saat tadi ada kegiatan di ruang musik. 

Setelah menemukan botol minum tersebut, kami pun turun bersama. Dengan rasa bahagia, dia mengucapkan terima kasih berulang-ulang pada saya dan temannya karema mau menemani ke ruang musik dan membantunya mencari botol minum tersebut.

Setelah mengucapkan salam pamitan, dia bergegas pulang karena sudah dijemput di depan sekolah. Dalam hati ada senyum yang terkembang melihat kebahagiaan seorang anak menemukan botol minumnya. 

Ini sepertinya hal yang sederhana buat saya. Hanya sebuah botol minum. Tidak bagi anak tersebut. Botol minum itu seperti hartanya. Dia harus bisa menjaganya. Jika tidak, bisa kena marah sama omanya karena tidak bisa menjaga barang miliknya. 

Saya yakin, kesediaan saya dan temannya membantu dia mencari botol minum adalah kebaikan hati yang akan terkenang baginya. Tindakam kebaikan sesederhana apapun, itu sedang membuktikan bahwa kita peduli pada mereka yang menerima kebaikan. Mereka tidak sendirian dalam kebingungan.

Namun demikian, kita juga harua tetap hati-hati.

Dalam.kisah lainnya, relasi dengan sesama orang dewasa, bukan dengan kepolosan anak kecil, saya pernah merasakan dimanfaatkan karena telah berbuat baik pada orang tersebut. 

Saya lambat menyadarinya karena hati saya yang mudah tersentuh melihat kondisi orang lain yang kekurangan dan membutuhkan pertolongan. 

Syukur kepada Tuhan, saya pada akhirnya juga menyadarinya. Ada hal-hal yang bukan tanggung jawab saya untuk diselesaikan. Saya pun mengakhirinya. Tidak lagi menjadi seperti atm/sumber uang buat kekurangan orang tersebut.

Saya lelah bekerja tapi yang menggunakan uang saya malah orang lain. Ini berlangsung cukup lama, hampur 1 tahun. Banyak yang sudah mengingatkan saya. Akhirnya mata hati saya terbuka. 

Ada beban yang harus ditanggung masing-masing. Jangan mengambil beban yang bukan tanggung jawab kita untuk menyelesaikannya. 

Kebaikan hati kita memang akan selalu mereka ingat, namun jangan sekiranya sampai ada orang lain yang memanfaatkannya. 

Kisah tentang botol minum di awal artikel ini mengingatkan saya pada pembelajaran-pembelajaran hidup. Saya harus lebih peka membedakan mana yang memang perlu ditolong dan mana yang tidak. 

Semoga kisah sederhana ini menjadi sebuah pembelajaran berharga buat para pembaca. Salam kebaikan hati.

...

Written by Ari Budiyanti

7 September 2023

5-2.616

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun