Aku menatap diri di balik cermin dan merasa. Hanya merasa dan mungkin tak mengerti. Mengapa ada kesedihan melanda saat kehilangan. Bukankah itu sebuah pilihan dalam kehidupan. Mengapa ternyata menyesak di dada.
Seumpama perasaan itu pergi lalu mengapa. Bukankah itu hal yang biasa. Insan mengembara dalam belantara kehidupan. Mengapa juga tersiksa dan merana. Mungkin fokus telah bergeser dari tujuan. Sehingga membiarkan diri terluka.
Namun untuk apa dan mengapa?
Tiada jawab. Hanya diam. Tak ada suara. Tak ada rasa. Tak ada mau. Semua berakhir pula karena sebuah pilihan. Biarkan saja. Bukankan pada masanya nanti akan memahami makna. Tak cukup sehari, tak bisa seminggu. Mungkin setahun atau bahkan sewindu.Â
Entahlah.Â
Kadang dunia berputar dengan caranya. Pertemuan dan perpisahan pasti berarti. Jangan membiarkan diri terlena di ujung salah satunya. Semua, pada nyatanya berjalan beririnagn bersama. Bergantian menghampiri. Maka, jangan lagi membiarlan sedih dalam rindu.Â
Nikmati saja saat merasakannya. Hapus sedih ganti dengan tawa dan senyum pada diri. Katakan bahwa sesungguhnya cinta itu tak bisa terpaksa.Â
Biarkan saja waktu membantu mengarahkan ke mana hati menuju pada akhirnya.Â
....
Written by Ari Budiyanti
#PuisiSeptemberAri
3 September 2023
3-2.614
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H