Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ketika Ketahanan Penulis Diuji

19 Agustus 2023   06:06 Diperbarui: 19 Agustus 2023   08:42 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya ingin bercerita tentang kekaguman saya pada seorang penulis yang tidak bisa saya sebutkan namanya. Mohon maaf, saya punya alasan mengapa tidak menyebutkan nama beliau

Namun, menurut saya karya fiksi yang ditulisnya mempunyai kekuatan untuk menarik pembaca khususnya saya. Sungguh saya tidak bermaksud merahasiakan nama tapi secara pribadi saya memang tidak terhubung dengan beliau.

Saya hanya membaca saja rangkaian karyanya yang luar biasa. Bukan saja isi dari karya fiksinya namun juga kemampuan beliau menahan emosi yang terlihat daŕi terus menulis dalam bentang like and dislike penggemarnya maupun hater-nya.

Kenapa saya bilang hater? Karena komentar-komentar yang diberikan pada karya fiksinya sungguh komentar pedas yang bisa menjatuhkan minat menulis si penulis. 

Kalau penulis yang saya kagumi tidak mempunyai mentalitas baja, tentu sudah berakhir karyanya sejak lama. Namun beliau beda, terus saja menulis dan menulis lagi.

Saya mengakui, menjaga konsistensi menulis itu tak mudah. Bukan masalah inspirasi dan ide saja namun juga kondisi luar di lingkungan penulis itu berpengaruh.

Buktinya saya sendiri. Tentang inspirasi menulis, pasti rekan-rekan pembaca juga tahu bahwa saya bersyukur karena tak pernah sampai kehabisan ide inspirasi menulis. Namun emosi saya masih naik turun. Mentalitas saya belum setangguh penulis yang saya kagumi di atas. 

Saya gampang mundur untuk sekian waktu dan mengembangkan amarah dan kesal dalam jeda waktu tertentu di sini. Bahkan ketika saya membaca beberapa artikel di Kompasiana meski tak sebut nama saya namun ke-baper-an saya mengatakan itu pasti tertuju pada saya. Ge er ya saya hehe. 

Teman saya sering mengingatkan, "Itu bukan tentang kamu koq. Kamu aja yang baper."

Tahu ga sih, kalau orang baper dibilang baper, dia itu jadi baper. Hehe. Ah sudahlah, lupakan curhat saya tentang baper. Saya lanjut ya menulis tentang penulis fiksi yang saya kagumi itu.

Beliau bisa menulis kisah berseri sebanyak ratusan dan itu serial fiksi. Ingat ya ini kisah fiksi yang saya bahas. Namun herannya daya imajinasinya sangat luar biasa. Memadukan tempat-tempat riil atau nyata dalam kisah fiksinya menjadi seperti kisah fiksi yang non fiksi.

Terasa begitu nyata saat saya membacanya. Membuat saya menunggu kisah-kisah lanjutannya. Membuat saya menunggu kapan dia akan update karya-karyanya kembali. Setiap hari saya menantikannya. 

Namun saya juga suka membaca komentar para pembaca di tulisan-tulisan beliau. Ada banyak komentar yang juga menunjukkan ketidaksukaan mereka pada alur cerita yang katanya mulai kurang tajam, mulai tidak sesuai alur yang seharusnya dan lain sebagainya. 

Meski demikian tidak satu kalimat yang beliau coba uraikan untuk membalas kebaperan pembaca. Bukankah kerena dia mampu mengacak-acak emosi pembacanya. Saya kadang senyum-senyum sendiri membaca komentar orang-orang yang menyudutkan penulis ini.

Herannya, besok masih ada lagi karya berikutnya yang merupakan sambungan dari kisah sebelumnya. Saya juga senyum-senyum ketika baca karyanya yang muncul lagi. Seolah mau bicara, hai pembaca dan hater, whatever you say, ini loh tulisan terbaruku. Dalam hati saya memuji kekuatan mental penulis ini.

Saya aja yang baperan ini gampang ingin berhenti menulis di Kompasiana karena banyak harapan yang saya bangun sendiri tidak terpenuhi di sini. Tidak mudah ternyata menjaga konsistensi menulis dari dalam diri sendiri jika sudah berkaitan dengan kebaperan saya. Ah baper lagi. 

Namun begitu masih saja ada karya saya sampai tulisan ini dibuat sebagai karya ke 2.602 di Kompasiana. Itu karena kemurahan Tuhan semata. Jujur saya sangat termotivasi dengan pengamatan pada penulis fiksi tersebut. 

Selain itu, ada juga rekan penulis di Kompasiana yang menuliskan nama saya sebagai salah satu dari 45 penulis konsisten yang beliau/rekan kompasianer amati. 

Jujur saya terharu ketika membaca nama saya di sana, dalam artikel beliau, Pak Handra Deddy Hasan. Saya menemukannya pertama kali di facebook Kompasiana, berjudul "45 Daftar Nama Kompasianer yang Aktif Menulis."

Dokpri tangkap layar akun FB Ari Budiyanti
Dokpri tangkap layar akun FB Ari Budiyanti

Tidak mudah memang buat saya pribadi bisa menjaga konsistensi menulis di Kompasianae sejak 1 Desember 2018, sebentar lagi 5 tahun ya lama kepenulisan saya di sini.

Masuk dalam daftar nama yang Pak Deddy tuliskan adalah apresiasi tersendiri buat saya pribadi. Orang yang membaca sepertinya mengangap itu hal biasa, atau bahkan sederhana saja, tapi tidak buat saya  sekali lagi terima kasih banyak Pak Deddy. 

Dokpri tangkap layar artikel Kompasianer Handra Deddy Hasan di Kompasiana
Dokpri tangkap layar artikel Kompasianer Handra Deddy Hasan di Kompasiana

Percayalah, ini salah satu cara ampuh untuk memberi dukungan pada penulis baperan seperti saya. Jadi ketika ketahanan penulis diuji, perlu ada dorongan semangat dari dalam diri sendiri dan orang lain di sekitarnya. 

Bagaimana dengan Anda sesama rekan Kompasianer? Apakah Anda merasa tulisan saya ini sesuai dengan Anda atau tidak? Apapaun pilihan jawaban Anda, tetaplah menulis dalam kebajikan yang hakiki.

Jangan menulis untuk menyebarkan hoax atau membakar emosi negatif pembaca. Mari sebagai sesama penulus di Kompasiana, kita saling mendukung dan memberi apresiasi dengan komentar-komentar yang membangun atau bisa juga artikel-artikel yang saling menyemangati. Bagaimana?

Mereka yang sedang hilang minat menulis atau yang baperan (seperti saya), rengkuh dengan cara tepat agar mereka tak jatuh makin dalam dan menghilang tapi bisa terus terbina semangat menulisnya, secara  khusus di Kompasiana ini. 

Anda setuju?

Salam literasi dariku si penulis karya fiksi 

.....

Written by Ari Budiyanti

19 Agustus 2023.

28-2.602

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun