"Yang sangat berkesan untukku, Kak Riri pernah bilang kalau seandainya nanti dia meninggal, dia ingin semua organ dalam tubuhnya didonorkan. Selama masih berfungsi dengan baik. Tapi Nggi..."
Anggi penasaran karena Sita menggabtung perkataannya. "Tapi kenapa?"
Air mata menetes di pelupuk mata Sita.
"Ketika Tuhan panggil dia, tak ada orang yang tahu. Akhirnya, tak satupun organ tubuhnya bisa didonirkan seprti kemauan dia dan harapannya semasa hidup. Aku selalu sedih jika ingat ini."
Sita pun mulai menangis, tak bisa menahan lagi kesedihannya. Anggi memeluk sahabatnya denganpenuh kasih.
"Iya, manusia bisa berencana,taoi tetap Tuhan yang menentukan bukan?" Anggi berusaha menenangkan sahabatnya.
Kini Sita yang mengangguk-angguk.
"Sekarang, kita meneruskan saja teladan hidup Kak Riri selama masih bersama kita dulu ya. Jangan sedih-sedih lagi. Kak Riri sudah tenang bersama Pencipta dan Pemilik jiwanya. Tak ada sakit atau sedih lagi. Kamu juga ya jangan sedih-sedih terus." Anggi emlanjutkan.Â
"Makasih ya Nggi sudah dengerin curhatku. Makasih telah menjadi sahabat baikku. Jangan pergi secara tiba-tiba kayak Kak Riri ya. Apalagi tanpa pemberitahuan atau pesan terakhir. Kan sedih mengenangnya."
Anggi tersenyum dan mengangguk. "Iya, aku mau pergi sekarang, sudah sore dan mendung. Mau ikut? " Anggi berusaha mencairkan suasana hati Sita.Â
Sita tersenyum kecil dan mengangguk.kedua sahabat itu berjalan bersama meninggalkan taman tempat mereka berbagi kisah baru saja.Â