"Nggi. Paketku kayaknya hilang. Gemes rasanya. Sebel." Sita curhat atau tepatnya mengomel pada Anggi sohibnya yang tak tahu apa-apa. Baru saja pulang kerja juga. Lelah dan rasanya mengantuk sangat namun HP berdering karena panggilan telepon dari sohib dekatnya.
"Udah diurus ke tempat kamu mengirim paket?" Meski lelah, Anggi tetap menanggapi curhat Sita. Mereka memang bersahabat delat dan sudah berlangsung lama. Biasa saling curhat.
"Udah Nggi, tapi aku disuruh telpon ke customer care. Parahnya ya HPku ini ga ada pulsa sama sekali hanya ada paket data aja. Kesel, aku minta tolong agar mas yang kasih nomor cistomer care nelponin laporan paket yang hilang. Tapi ga mau. Katanya harus pengirim langsung."
Anggi menghela nafas sedih mendengar masalah temannya itu. "Memang apa isi paketnya?"
"Iya buku Nggi, emang apa lagi?" Kata Sita lagi masih dengan nada kesal di seberang sana. "Coba kutanyakan ya sama kenalanku yang kerja di bagian kirim paket. Mungkin dia bisa bantu."
"Makasih ya Anggi" seru Sita bahagia. Ga salah emang menghubungi sobatnya ini. Selalu ada pemecahan masalah.
Lalu Anggi menelpon kenalannya dan menceritakan keluhan Sita tentang paketnya yang hilang. Ada masalah apa koq paket bisa hilang sih. Batin Anggi. Mana isinya juga buku, bukan barang berharga lainnya.
Oopss.. Anggi meralat pemikirannya. Benarkah buku itu bukan barang berharga? Ah bukannya banyak terdengar berita toko buku yang tutup. Apa hubungannya ya. Batin Anggi lagi.
Kenalan Anggi berusaha menolong dengan melaporkan pada customer care agar membanti melacak paket buku yang hilang. Hari berlalu dan Anggi melakukan aktivitas biasanya.
Sore hari berikutnya ada sebuah pesan masuk dari Sita. "Paket bukuku udah ketemu dan diantar ke penerima. Aman Nggi. Makasih ya atas bantuannya."
Anggi tersenyum membaca pesan dari Sita. Lalu dia membalas singkat. "Iya sama-sama"
Lalu Anggi juga memberi kabar pada kenalannya yang kerja di perpaketan.paket buku milik sahabatnya sudah ditemukan dan dikirimkan ke penerima dengan selamat. Waktunya terbilang lama.
Biasanya 1 hari saja paket diterima karena masih dekat  kota penerima. Tapi ini berlangsung selama 1 minggu. Wow. Pantas aja Sita sempat kalang kabut.
Telepon berdering lagi. "Nggi, tahu ga kalau paket ga ditemukan ya, aku harus beli buku yang sama lagi untuk kukirim. Tapi sayangnya Nggi pas stok buku habis. Makanya aku sempat kesal habis. Yang ada di pikiranku langsung telpon kamu deh."
Anggi mengangguk-angguk meski Sita tak bisa melihatnya karena mereka terpisah jauh. "Lain kali kirim paket lewat langgananku aja, tempat kenalanku kerja. Agar lebih terjamin." Anggi memberi saran pada Sita.
Anggi dan Sita menghabiskan waktu malam itu untuk bercerita lewat telpon. Mereka lega karena paket buku yang hilang telah ditemukan dan sampai ke tujuan dengan selamat.
....
Buku-buku banyak tidak dicetak ulang karena penerbit bingung mau jual di mana kalau banyak toko buku tutup. Â Paling mereka menjualnya door to door melalui akun medsos penulis dan penerbit. Iya atau menempatkannya jualan buku di market place yang banyak macamnya.
Anggi teringat cita-citanya. Kalau dia nantinya mau menggeluti dunia tulis menulis tentu saja dia mau karyanya dibukukan secara fisik. Namun perkembangan jaman membuat orang-orang lebjh suka membaca e-book.
Semoga ada jalan bagi para penulis dan penerbit buku di tengah persaingan bisnis buku yang seperrinya nampak makin meredup. Itu menurut pwngamatan Anggi. Tidak tahu ya ke depan bagaimana.
Anggi ingat pada sebuah toko buku besar di Surabaya yang dikemas layaknya sebuah rumah tinggal. Homy banget. Dulu Anggi betah di sana  untuk keliling cari buku dengan Sita. Namun sekarang mereka lebih sering menghabiskan waktu dengan membaca e-book. Meski sensasinya beda.
....
Writtwn by Ari Budiyanti
#CerpenAri.
31 Mei 2023
30-2.567
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H