Saya senang berteman dan saling bicara dengan para rekan kompasianer lainnya. Itu terlihat dari poin-poin saya di atas. Meskipun belum mendapat centang biru dari Kompasiana selama 4,5 tahun ini, bukankah saya tetap menulis? Karena alasan sederhana, I do like writing. How about you?
Teman-teman, jangan bangga hanya sekedar mendapat pengakuan dari pihak lain, boleh saja namun jangan menjadikan itu patokan hidup semata-mata. Kenalilah diri Anda sendiri dan kapasitas Anda. Menulislah apa yang Anda benar-benar sukai. Tentu dengan kadah-kaidah dan norma yang berlaku harus diikuti dalam menulis.
Dalam pernyataan profile saya di Kompasiana, saya menuliskan profesi saya sebagai guru, dalam bahasa Jerman Lehrerin. Saya suka menulis aneka artikel yang kebanyakan jenis fiksiana. Itu saja. Banyak teman memberi masukan untuk saya menulis selain puisi agar bisa dapat centag biru dengan lebih cepat. Dengan kata lain mendapat pengakuan dari admin Kompasiana. Ini penting, namun bukan hal terpenting buat saya.
Bukankah dari dulu saya juga menulis banyak artikel selain kategori fiksiana?
Yang terpenting buat saya adalah bahwa kesukaan atau kegemaran saya menulis bisa terwakili dan terus dilakukan. Kalau saya berhenti menulis di Kompasiana, tentunya saya tidak akan mencapai 2.552 tulisan bukan?Â
Iya, dua ribu lima ratus lima puluh dua artikel sudah saya unggah di akun pribadi.
Itu belum saya hitung berapa jumlah artikel lain yang saya berikan untuk tayang di akun komunitas Inspirasiana, KPB atau Komunitas Penulis Berbalasa, dan Kompasianer Mettasik. Bisa lebih dari 100 artikel jika saya total di ketiga akun Komunitas tersebut. Tidak sedikit bukan?
Saya hanya ingin menulis, menulis, dan menulis. Menyebarkan semangat literasi tanpa banyak bicara namun lebih banyak berkarya.Â
Sebentar lagi buku kumpulan cerpen saya akan terbit dan segera cetak. Ini hanya sebagai salah satu bukti bahwa saya terus menulis apa yang saya sukai. Karya fiksi atau fiksiana termasuk cerpen, cerbung dan juga puisi.Â