"Eh kamu mau menyeberang jalan ya?" sapa saya pada seorang gadis kecil yang tengok kanan kiri di tepi jalan sementara kendaraan berlalu lalang.
Gadis kecil itu menatapku. Memberi anggukan kecil dan kami pun menyeberang bersama. Tanpa diminta, saya pun menolongnya. Di sebrang jalan dia mendongak ke saya yang mengenakan baju Pramuka, "Makasih ya Kak."
Saya dipanggil kakak aduh bahagianya. "Sama-sama," jawab saya ringan.
Suatu pagi saya pernah juga mendapati nenek-nenek mau menyeberang jalan ramai di depan pasar yang saya lewati. "Nenek mau menyeberang ya? Mari saya sebrangkan."
Nenek tersebut memegang lengan saya erat kala kami menyeberang dan tiba di depan jalan menuju pasar. "Terima kasih ya Nak. Hati-hati di jalan."
"Sama-sama Nek. Terima kasih." Lalu saya menyeberang lagi dan melanjutkan perjalanan ke sekolah, tempat kerja saya.
Di hari lainnya, saya mau menyeberang dan jalanan sangat ramai, dua arah dan cukup lebar. Saya melihat murid saya yang sudah besar, sekitar usia anak SMP namun berpostur tinggi besar seusia anak SMA.
"Nak, tunggu Miss ya, Miss ikut menyeberang." Anak itu menengok dan tersenyum.
"Mari Miss menyeberang." Dulu saya pernah mengajar dia di kelas 2 SD, sekarang sudah SMP saja dan jauh lebih tinggi dari saya.
Sore ini di rumah, di kampung halaman saya, Ibu mau menyeberang jalan raya depan rumah. Ramai sekali karena arus balik. Saya bilang sama Ibu, "Sini Ma, saya sebrangkan." Ibu menolak karena biasa disebrangkan sama temannya yang juga tukang parkir dekat rumah.
"Itu, pas ada teman Bapak, biasanya kan kalau ramai begini, dia yang sebrangkan Mama." Lalu teman Bapak dan Ibu juga tentunya, menyeberangkan Ibu saya melewati jalanan yang ramai.
Saya tersenyum. Sebuah etika di jalan raya sedang saya lihat di depan mata. Saya mungkin mempraktekkannya dengan berbuat baik pada orang-orang di kota yang saya tidak kenal. Kebaikan yang saya lakukan itu seperti berputar melingkar dan kembali pada saya dengan cara yang tak terduga.