Mengenai flexing, hal ini sudah banyak artikel yang ditulis oleh rekan-rekan kompasianer dan para penulis lainnya. Saya tidak akan menambahkan pengertian tentang flexing ini. Saya hanya ingin menceritakan pengalaman saya saja dalam artikel ini.
Dulu, sebelum saya serius menggeluti dunia tulis menulis, sebenarnya aneka foto sudah saya kirim di media sosial khususnya facebook. Saya menggunggah berbagai pengalaman seru bersama keluarga, teman, siswa, atau rekan sekerja.Â
Sepertinya memang menyenangkan dan seperti mengunggah kenangan lama. Itu dulu. Namun sejak beberapa tahun terakhir muncul peraturan di sekolah tempat saya mengajar kalau guru dilarang mengunggah foto siswa di media sosial mereka. Iya sudah. Saya mengikuti peraturan tersebut.Â
Yang terlanjur diunggah di media sosial bagaimana? Sebagian saya hapus kalau ketahuan oleh saya. Meski demikian ada sedih di hati saya
Ada kalanya saya juga ingin mengunggah foto bersama siswa-siswi saya di sekolah. Saya lihat beberapa teman guru dari sekolah lain melakukannya juga di aneka media sosial namun tidak ada masalah bagi mereka. Iya beda yayasan atau sekolah pasti ada perbedaan aturan.
Tak hanya itu. Salah satu anggota keluarga saya juga meminta saya tidak lagi mengunggah foto-foto kebersamaan kami di media sosial. Juga kebersamaan dengan keluarga besar dia. Iya saya harus belajar menghargai permintaan keluarga saya tersebut.Â
Akhir-akhir ini media sosial saya hanya dipenuhi dengan postingan tentang aneka karya saya di Kompasiana dan beberapa platform lain. Saya juga sering membagikan quote atau kata-kata inspiratif di media sosial saya.Â
Lalu kalau saya melakukan hal tersebut apakah juga masih dianggap sebagai kesalahan?Â
Semisal tulisan saya ada yang mencapai kategori Nilai Tertinggi di Kompasiana atau bahkan bisa masuk kategori Terpopuler umum sehinga muncul di halaman depan Kompasiana. Apakah hal tersebut juga masih dipermasalahkan?
Ingat, saya bukan penulis populer yang dengan mudahnya mendapat banyak pengunjung dalam tulisan saya. Tentu saja jika sesekali tulisan saya masuk dalam kategori Nilai Tertinggi dan Populer, itu membuat saya senang bukan?Â
Saya rasa itu wajar buat saya pribadi. Entah dengan teman-teman pembaca dan penulis lainnya. Kita beda pendapat dalam hal ini tidak masalah kan?
Ah sudahlah. Saya bukan hidup sebagai people's pleasure kan? Maksudnya saya bukan hidup untuk sekedar menyenangkan semua orang bukan?
Saya jadi terkesan protes ya dalam tulisan ini. Tapi sudahlah. Ini gaya saya. Apakah pembaca menyukai atau tidak, itu kebebasan Anda semua. Hanya saja, jangan selalu menjadikan patokan hidup Anda pada orang lain. Tak selalu sama. Juga tak selalu menyenangkan.Â
Saya masih sesekali membagikan foto ketika saya jalan-jalan tapi terpaksa foto sendirian. Untuk menjaga hati rekan seperjalanan atau iya untuk privacy mereka juga. Saya sih bukan bermaksud pamer sebenarnya, namun seringkali orang berpikir demikian. Â Saya bisa apa?Â
Mungkin di lain kesempatan saya akan menuliskan tentang hal lain saja. Misal harta kekayaan saya sebenarnya buku-buku. Kapan-kapan saya ceritakan ya pengalaman saya dengan buku-buku koleksi saya. Semoga saya tidak dianggap pamer buku di Kompasiana.Â
Tapi apapun pendapat pembaca, saya menghargainya. Beda pendapat adalah hal biasa. Mari menghadapi dengan ketenangan.Â
Pada akhirmya, jika setelah ini atau akhir-akhir ini akan jarang muncul foto-foto saya bersama keluarga besar itu semua semata-mata adalah permintaan mereka yang tidak mau anggota keluarganya terekspos di media sosial.Â
Baiklah. Saya menerimanya dan belajar menghargai pula keputusan tersebut.
Salam hangat dariku seorang yang suka menulis.Â
....
Written by Ari Budiyanti
19 Maret 2023
19-2.503
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H