Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

3.000 Poin Menuju Senior di Kompasiana

12 Maret 2023   10:20 Diperbarui: 16 Maret 2023   06:41 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri tangkap layar akun Kompasiana Ari Budiyanti

Menulis dengan segenap cinta. Itu yang saya lakukan di Kompasiana hingga saat ini. Saya tidak sengaja melihat pencapaian poin di Kompasiana sudah 97.015. Sekitar 3.000 poin lagi akan menuju pencapaian poin Senior di Kompasiana.

Rekan-rekan juga pasti tahu ya poin di Kompasiana akan mencapai senior jika sudah penulis di Kompasiana atau kompasianer berhasil mencapai 100.000 poin. Teman-teman bisa cek sendiri di bagian pengaturan profile Kompasiana bagian poin.

Dokpri tangkap layar akun Kompasiana Ari Budiyanti
Dokpri tangkap layar akun Kompasiana Ari Budiyanti

Berada dalam titik ini, tidak pernah saya bayangkan. Entah berapa kali saya ingin berhenti menulis di Kompasiana. Namun urung. Semua karena motivasi dari berbagai sumber. Rekan-rekan Kompasianer juga banyak berperan.

Dukungan keluarga juga menjadi pemberi semangat untuk terus menulis. Terlebih mengingat talenta dalam diri yang telah diasah dengan berbagai cara. Ada cinta dalam hati saya untuk berliterasi dalam karya tulisan saya.

Memang rekan-rekan Kompasianer dan pembaca juga mengetahui bahwa dominasi dalam tulisan saya adalah karya fiksi atau fiksiana. Meski tanpa awards sebagai best in fiction di Kompasiana namun saya tetap menulis saja. Meski tanpa K-Rewards dari Kompasiana sejak 10 bulan terakhir pun tetap saya jalani dengan menulis. 

Iya menulis karena berbahagia. Itu saja. Bukan karena awards ataupun rewards. Saya yakin demikianlah yang diyakini dan dilakukan oleh banyak penulis di Kompasiana. Menulis karena suka. 

Awards dan rewards yang didapat pasti membahagiakan namun saya yakin bukan itu tujuan utama sebagian besar penulis di Kompasiana seperti saya. Mari kita giat menulis. Ada banyak hal sebenarnya yang bisa kita dapatkan/gain di sini tak hanya berupa awards dan rewards tersebut. 

Awards yang saya maksud dalam ajang bergengsi 1 tahun sekali di Kompasiana yaitu Kompasianival. Rewards dalam arti K-Rewards yang diumumkan tiap bulan di Kompasiana.

Konsistensi menulis di Kompasiana juga saya jaga dengan berkolaborasi menulis puisi. Ingat, saya ajak berkolaborasi bukan semata-mata karena saya tidak bisa berkarya sendiri dalam menulis puisi. Saya hanya ingin menjalin silaturahmi dengan para penulis di Kompasiana dengan berkarya bersama. 

Namun jika uluran tangan saya ditolak, karena berbagai alasan kesibukan penulis yang lain, saya rasa itu tidak masalah, asal jelas. Bisa kita katakan kalau sedang sibuk sehingga tidak bisa berkolaborasi. Menolaklah dengan sopan. Bukan mendiamkannya tanpa alasan jelas. 

Ah sudahlah, itu hanya sekelumit kisah saja. Wajar jika ajakan kita didiamkan. Saya belajar juga tidak semua orang ternyata menyukai ajakan kita. Dengan mendiamkan mungkin sebuah penanda kalau orang tersebut keberatan jadi lain kali tidak perlu mencoba mengajak lagi. 

Eh, Curhat. Namanya juga tulisan kategori diary kan hehe.

Selanjutnya setelah saya nantinya berhasil mencapai poin Senior, seandainya ya, lalu apa yang akan saya lakukan lagi? Apakah akan tetap lanjut menulis meneladani semua senior di Kompasiana? Atau saya stop menulis di Kompasiana? 

Saya belum tahu. Ada banyak sekali manfaat yang saya peroleh dengan menulis di Kompasiana Tidak hanya personal branding sebagai penulis fiksi namun juga persahabatan dengan rekan penulis dari Sabang sampai Merauke hingga ke manca negara. 

Itu sebuah pencapaian yang luar biasa bagi saya. Sungguh tidak menyia-nyiakan talenta yang Tuhan sudah berikan pada saya. Syukur kepada Tuhan. Saya mengikutinya, menulis dan menulis, terus menulis. Anda juga kan?

Dari pada mendidik anak-anak pamer harta kekayaan orang tua yang dicapai mereka, ada baiknya kita mengembangkan bakat dan talenta anak saja. Bukan memamerkan kekayaan intelektual anak, kemampuan anak, namun mengajarinya pula dengan rendah hati sehingga anak-anak tak menjadi sombong. 

Sama seperti ketika saya menceritakan pencapaiam menulis di Kompasiana. Bukan untuk menyombongkan diri. Namun memotivasi diri dan pembaca untuk makin giat berliterasi, mengembangkan bakat dan talenta yang Tuhan titipkan pada kita. 

Iya di mana saja. Kompasiana sebagai salah satu wadah yang saya pilih untuk itu. Namun setiap kita mempunyai pilihan yang bisa saja tidak sama. Apapun itu menulislah dengan bahagia di manapun Anda berada. 

Tuhan memberkati dan selamat berhari Minggu bersama keluarga tercinta. 

...

Catatan diary Ari

Written by Ari Budiyanti

12 Maret 2023

....

Elisabeth O’Connor: “Memberkati orang yang sudah menindas semangat kita, yang membuat kita kelaparan emosional atau yang dengan cara-cara lain membuat kita cacat, adalah karya yang paling luarbiasa, yang paling bisa dilakukan siapa saja diantara kita.”

15-2.499

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun