Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selendang Sutra Bunga Persik

22 Januari 2023   17:13 Diperbarui: 22 Januari 2023   23:18 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang pendekar perempuan yang konon disebut sebagai Dewi Bunga terkaget-kaget mendapat berita kehilangan seekor sapi jantan kesayangan. Bagaimana bisa ada yang tega melakukan perbuatan yang tak kenal belas kasihan itu.

Apa yang bisa dilakukan oleh seorang Dewi Bunga. Tak bisalah hanya berpangku tangan semata, bertopang dagu saja. Apalagi ini yang hilang adalah sapi jantan yang fenomenal milik seorang guru ternama di dunia persilatan.

Siapa lagi pemilik satu-satunya sapi jantan fenomenal di dunia persilatan Kompasiana, Engkong Felix. Entah mengapa musuh bisa bertindak terlalu jauh. Apakah ada kesalahan Engkong Felix di masa lalu pada si penculik sapi jantan.

Sedemikian murkanyakah pada pemiliknya sehingga satu-satunya hewan peliharaan kesayangan pun hilang. Bagaimana cara menolongnya?

Dewi Bunga memutar otak. Hanya bunga-bunga yang dimilikinya sebagai senjata. Apakah mampu melawan musuh yang sedang dilanda kebencian dan dendam. Siapa sebenarnya dalang di belakang semua tragedi ini.

Apa mau dikata, nasi telah menjadi bubur. Sapi jantan fenomenal itu telah hilang. Bagaimanapun rasa solidaritas sosial Dewi Bunga pendekar bersenjata pamungkas taburan bunga harus ikut berjuang dalam pertempuran ini.

Bersama banyak pendekar sakti lainnya yang suka berpuisi, datanglah si Dewi Bunga ke gelanggang pertempuran. Semesta menjadi saksi taburan bunga-bunga yang kelopak dan helaian bunganya mampu menembus bahkan menyayat para musuh hingga mereka bertemu tanah.

Bunga-bunga yang bertaburan menghantar mereka ke perhentian di hunian alam raya. Itu salah mereka juga karena sudah menyepelekan bunga-bunga yang membuat mereka hilang waspada. Bunga-bunga pengantar nyawa mereka ke perhentiannya.

Dewi Bunga mengakhiri pertempuran yang menjadi bagiannya. Diambilnya selendang sutra satu-satunya untuk membungkus sisa bunga yang masih ada. Semerbak harumnya membuat puisi-puisi bertaburan di kepala setiap orang di sepanjang jalan yang dilaluinya.

Dengan penuh khidmat menyerahkan selendang berbunga-bunga terhadap pemimpin perang. Jika bisa berdamai sajalah. Berikan bunga-bunga dalam selendang sutra ini untuk tebusan pengganti sapi jantan yang hilang itu.

Dewi Bunga berpesan, akan terjadi keajaiban di saat pertukaran dilakukan. Semua bunga akan berubah menjadi berwarna keemasan, berkilau, dan makin bernilai tinggi. Hanya jika bunga-bunga diberikan dalam ketulusan hati tanpa dendam atau benci. Iya, bunga-bunga itu akan menjadi bunga emas.

Demikianlah pesan Dewi Bunga pada pemimpin pertempuran. Apalagi di hari yang penuh makna ini. Ketika rembulan bersinar lebih terang dibanding malam-malam yang lainnya. Saat bintang-bintang pun menemani hingga hilang malam.

Salam damai dari Dewi Bunga. Kembalikanlah sapi jantan fenomenal itu pada pemiliknya. Hentikanlah pertengkaran dan segala dendam karena kebencian. Maka puisi-puisi cinta akan bertebaran pula mengiringi perjalanan para pendekar sakti di manapun berada.

....
Cerita ini fiktif semata dibuat sebagai bagian sederhana cersil yang sedang viral di Kompasiana karya Ayahanda Tjiptadinata. 

Dokpri tangkap layar cersil karya Ayahanda Tjiptadinata Effendi di Kompasiana
Dokpri tangkap layar cersil karya Ayahanda Tjiptadinata Effendi di Kompasiana

Cersil ini ditulis dari sudut pandang Dewi Bunga yang karakter tokohnya tersirat dalam cersil tersebut. Baca di sini.

...

written by Ari Budiyanti

22 Januari 2023

32-2.452


Selamat merayakan Hari Raya Imlek bagi semua rekan pembaca yang merayakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun